MAKASSAR - Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menjelaskan lima komoditas pangan yang masih mengalami kenaikan harga dan diperkirakan berpotensi mengalami kelangkaan selama bulan Ramadan saat ini.
Wasekjend Penguatan Pangan dan Distribusi Pangan Ikappi Abdul Sutri Atmojati menyebutkan, komoditas pangan tersebut diawali dari minyak goreng. Abdul menjelaskan, saat ini harga minyak goreng curah rata-rata seharga Rp20 ribu per liter.
BACA JUGA:
Harga ini masih di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp14 ribu. Abdul menuturkan penyebabnya adalah dugaan permainan harga karena disparitas harga dengan minyak goreng kemasan.
"Disparitas harga yang cukup tinggi dengan minyak goreng kemasan membuat banyak pihak bermain untuk menaikkan harga minyak goreng curah. Saat ini data Ikappi menyatakan minyak goreng curah masih berada di rata-rata harga Rp20 ribu," kata Abdul dalam keterangannya, Rabu, 20 April.
Kedua, bawang merah. Abdul mengungkapkan saat ini stok bawang merah tidak banyak di pasaran. Harganya berkisar antara Rp39 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram.
Ketiga, bawang putih. Meskipun pemerintah telah mengimpor bawang putih, tetapi beberapa komoditas ini masih sulit ditemui di pasar dan harganya masih relatif tinggi.
"Harga eceran tertinggi berada di bawah harga Rp30 ribu, tetapi harga di pasaran sudah mencapai Rp34.500," ujarnya.
Daging sapi per kilo mencapai Rp150 ribu
Keempat, gula pasir. Abdul menuturkan gula pasir juga masih berada di kisaran harga Rp14.500 per kilogram dan barang masih banyak belum ditemui di pasar. Hal ini disebabkan musim giling akan terjadi di bulan Mei. Sehingga, saat ini belum bisa banyak ditemui di pasar.
Kelima, daging sapi. Normalnya, daging sapi dijual dengan harga sekitar Rp130 ribu. Namun, harganya saat ini telah mencapai Rp143.500 sampai Rp150 ribu per kilogram.
"Harga daging sapi ini cukup tinggi di awal Ramadan sampai pada pertengahan bulan Ramadan. Penyebab tingginya harga daging sapi ini adalah permintaan yang cukup tinggi dan komoditasnya tidak begitu banyak," urai dia.
Dari kondisi ini, Abdul menilai bahwa pemerintah masih belum cukup mampu mengendalikan pangan selama periode Ramadan.
"Kami meminta kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan pangan ini menjelang hari raya dan pascahari raya Idulfitri karena itu cukup berbahaya bagi pangan kita," imbuhnya.