MAKASSAR - Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan (Sulsel) Causa Imam Karana menjelaskan masuknya pasokan minyak goreng sawit pada pekan ini menjadi salah satu pemicu penurunan harga minyak goreng di provinsi tersebut.
Menurut dia melalui keterangan pers di Makasar, Selasa 01 Maret, penurunan harga juga utamanya disebabkan oleh Permendag Nomor 6 Tahun 2022 terkait penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng.
Kondisi tersebut, lanjut dia, telah menjadi pendorong deflasi, selain deflasi akibat kelompok makanan lebih dalam tertahan oleh kenaikan harga bawang merah, gula pasir, air kemasan, ikan cakalang, dan tempe.
Berkaitan dengan fenomena di lapangan, untuk menjaga stabilitas harga dan pengendalian inflasi tahun 2022, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulsel terus melakukan sinergi dengan menjalankan strategi 4K, antara lain Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, Keterjangkauan Harga, dan Komunikasi Efektif.
Upaya pemantauan harga terus dilakukan
Causa Imam mengatakan upaya pemantauan harga dan operasi pasar khususnya untuk komoditas penyumbang inflasi utama terus dijalankan.
"Ini dilakukan bersama Satgas Pangan dan dinas terkait dalam rangka menjaga kestabilan harga pangan maupun komoditas strategis lainnya," ujarnya.
Sementara itu salah seorang pedagang hasil bumi di Pasar Terong, Hj Kamariah, mengatakan, setelah harga minyak goreng melambung pada bulan lalu, kini menyusul harga bawang merah yang juga merangkak naik dari harga Rp25 ribu menjadi Rp35 ribu per kg untuk jenis super.
Hal itu disebabkan kurangnya pasokan dari daerah produsen bawang merah lokal seperti Kabupaten Enrekang, Bantaeng dan Jeneponto, karena curah hujan yang cukup tinggi.
BACA JUGA:
Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!
Ikuti artikel dan berita Sulsel terkini, klik link berikut untuk update info terbaru.