Berita Sulsel Hari Ini: DLH Makassar Sebut Masih Ada 300 Unit Bank Sampah Aktif di Makassar
Ilustrasi. Giat bersih-bersih sampah di Kabupaten Bantaeng, Sulsel dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2022. ANTARA

Bagikan:

MAKASSAR - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar mencatat ada sekitar 300 unit bank sampah aktif dari 1000 unit bank sampah yang pernah dimiliki Kota Makassar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar Ariaty Puspasari Abady di Makassar, Selasa 23 Februari menjelaskan berkenaan dengan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), pihaknya akan kembali menghidupkan bank sampah sebagai upaya penanganan terhadap tingginya volume sampah di Kota Makassar.

"Kita akan mendorong camat dan lurah untuk bisa menghidupkan kembali bank sampah yang sebelumnya sudah hadir. Dulunya banyak sekali, hampir 1000 tetapi sekarang ini tinggal 300 unit," ungkap Puspa.

Siap sediakan fasilitas

Maka dari itu, Puspa menegaskan bahwa DLH Makassar siap memberikan fasilitas untuk masyarakat atau wilayah yang ingin mengembangkan kembali bank sampah atau bahkan membangun bank sampah baru.

"Simpulnya ada di pemerintah kecamatan dan kelurahan karena itu di wilayah pembinaannya. Untuk memfasilitasi kami bisa, tapi lebih ke wilayah," tambah Puspa.

Berdasarkan hasil kajian terakhir DLH Makassar, setiap orang di Makassar menghasilkan 0,6 kg sampah per hari. Sehingga jika ditotal dengan jumlah penduduk Kota Makassar yang mencapai 1,5 juta jiwa, maka volume sampah penduduk Kota Makassar ada sebanyak 1.100 ton per hari.

Sementara DLH Makassar mengklaim bahwa bank sampah yang aktif saat ini mampu mereduksi sampah hingga 200 ton per hari.

"Itu baru sekitar 300 bank sampah yang aktif, kalau seribu bank sampah aktif, maka bisa dibayangkan kita bisa mereduksi sampah jauh lebih banyak lagi," ujar Puspa.

Sekitar 300 unit bank sampah tersebut dapat dikatakan masih aktif melakukan transaksi di bank sampah induk/pusat yang ada di Toddopuli, Makassar.

Pengelolaan sampah makanan

Lebih jauh, Puspa menjelaskan bahwa permasalahan sampah begitu kompleks, terlebih pada sampah rumah tangga yang juga banyak menghasilkan sampah makanan, sedangkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dianggap bukan menjadi tempat pembuangan sisa makanan.

Sampah makanan, jelas Puspa, tidak layak untuk dibuang ke TPA tetapi masih perlu dilakukan pengelolaan, misalnya dengan dijadikan kompos, biodigester atau bahan untuk makan maggot.

"Jadi itu memang pekerjaan rumah kita semua, bukan hanya pemerintah, tapi kita bicara juga partisipasi masyarakat, karena urusan sampah ini tidak akan selesai jika dari sumber sampahnya sendiri tidak dikelola dengan baik," urai Puspa.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!

Ikuti artikel dan berita Sulsel terkini, klik link tersebut untuk update info terbaru.