Bunga Edelweis: Simbol Keabadian yang Tak Boleh Dipetik dan Perlu Dijaga Kelestariannya
Ilustrasi bunga edelweis melambangkan keabadian (Unsplash/Yan Allegre)

Bagikan:

MAKASSAR - Bunga yang diyakini sebagai simbol keabadian dan tumbuh di gunung berkarakter vulkanik dikenal dengan edelweis. Tak sedikit yang mengenalnya dengan bunga senduro dan memiliki nama ilmiah Anaphalis javanica.

Banyak pendaki gunung dan aturan konservasi yang melarang tindakan memetik bunga liar ini. Ya, tanaman ini menjadi idola sebab filosofinya menggambarkan karakter hidupnya.

Bunga edelweis tak boleh dipetik sembarangan, tetapi wisatawan boleh menikmatinya dan menyimpannya dalam foto. Faktanya, bunga edelweis diperkirakan dapat berusia lebih dari 100 tahun.

Melansir Kompas, Kamis, 17 Juni, pernah tercatat dalam catatan Amir Hamzah dan M. Toha di The Mountain Flora of Java bahwa terdapat bunga edelweis di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, dengan ketinggian mencapai 8 meter dan diameter 15 sentimeter.

Seorang botani berkebangsaan Jerman, Von Faber, juga meneliti mengenai perkembangan serta perakaran edelweis. Bunga ini berkembang horizontal dan menyukai lapisan tanah dekat permukaan. Akarnya berbentuk mikorhiza atau bercendawan sehingga membutuhkan oksigen untuk asimilasi.

Tumbuh di Beberapa Gunung Vulkanik Indonesia

Tanaman ini sangat populer, dan ditemukan di sejumlah gunung vulkanik di Indonesia yang masih aktif maupun tidak. Seperti di puncak Alun-alun Suryakencana, Gunung Gede Pangrango, Gunung Sumbing menjelang puncak, sabana 2 di Gunung Merbabu, dan Gunung Lawu.

Bunga edelweis disebut sebagai bunga yang abadi, karena selain memiliki masa hidup yang panjang juga memiliki masa berbunga hingga 10 tahun. Ini dilatarbelakangi oleh hormon etilen dalam bunga yang bisa mencegah kerontokan kelopak bunga.

Mekar pada akhir musim hujan dan selama berbulan-bulan disokong pancaran cahaya matahari yang lumayan intens. Nah, mengapa bunga edelweis bisa membuat orang terobsesi untuk memajangnya di rumah atau memetiknya?

Meskipun dilarang, pendaki gunung bisa mendapatkan bunga edelweis yang dijual oleh warga sekitar gunung. Di Bromo misalnya, warga lokal membudidayakan bunga edelweis untuk menjaga kelestarian sekaligus mencukupi kebutuhan untuk upacara adat.

Anda yang tertarik tetapi tak boleh memetik bunga edelweis liar, maka bisa membelinya dari warga lokal sekitar kawasan Tengger. Pastikan bahwa bunga tersebut adalah hasil budidaya. Nah, untuk menikmati bunga liarnya, Anda bisa membawa kamera dan memotretnya banyak-banyak.

Sebuah slogan pendaki gunung patut dipraktikkan, bunyi slogannya ‘Di gunung, jangan meninggalkan apapun selain jejak kaki, jangan membunuh apapun selain waktu, dan jangan mengambil apapun selain gambar’.  

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!