Listrik EBT Jangkau Separuh dari 30 Dusun Terpencil di Sinjai
Ilustrasi pengoperasian PLTMH Balantieng oleh pihak operator di Dusun Balantieng, Desa Bontotengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. ANTARA

Bagikan:

MAKASSAR - Hampir separuh dari sekitar 30 dusun terpencil yang ada di Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan telah dijangkau Pemanfaatan listrik Energi Baru Terbarukan (EBT).

"Hingga saat ini tersisa sekitar 15 dusun yang belum teraliri listrik dan Insya Allah segera teraliri listrik pada akhir 2021," kata Wakil Bupati Sinjai Hj Andi Kartini Ottong saat dikonfirmasi, Senin 25 Oktober, menanggapi upaya menerangi 100 persen dusun terpencil di wilayah kerjanya.

Salah satu upaya menghadirkan listrik di dusun terpencil itu adalah dengan melalui listrik hijau atau ramah lingkungan yakni EBT Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang berasal dari air aliran sungai.

Salah satu contohnya adalah PLTMH Balantieng di Dusun Balantieng, Desa Bontotengnga, Kecamatan Sinjai Borong, Kabupaten Sinjai. Dusun dengan 80 KK ini dengan rumah yang tersebar di lembah dan perbukitan di wilayah perbatasan Kabupaten Sinjai dan Kabupaten Bulukumba ini, 68 KK diantaranya sudah memanfaatkan PLTMH dalam empat tahun terakhir.

Hal itu dibenarkan Kepala Desa Bontotengga, Kaswan Mahmud. Dia menjelaskan, sisanya sebanyak 12 KK juga mendapatkan sarana penerangan dari listrik PLN masih berbahan bakar fosil.

Membantu roda perekonomian warga

Menurut dia, keberadaaan PLTMH pada awal 2017 sangat membantu dalam menggerakkan roda perekonomian warga yang mayoritas petani dan tukang kayu.

"Pada malam hari masih bisa beraktivitas mengiris-iris daun tembakau, karena sudah ada penerangan yang memadai. Juga anak-anak bisa belajar dengan terang pada malam hari," katanya.

Untuk mengoperasikan sekaligus merawat PLTMH yang dibangun Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2016 itu, dua operator kakak beradik yakni Muhammad Nur dan Sudirman yang merupakan warga setempat, sudah dilatih oleh pihak ESDM.

"Setiap hari kami harus mengontrol rumah/gardu PLTMH, dan dua kali sepekan harus memberikan pelumas pada alat-alatnya. Belum lagi pada musim hujan, biasanya harus bermalam di rumah PLTMH, karena harus mengontrol air yang masuk bebas dari sampah," kata Sudirman.

Meski dengan honor bulanan yang hanya Rp100 ribu - Rp200 ribu per bulan, kedua kakak beradik tersebut tetap mendedikasikan dirinya untuk pemenuhan listrik warga yang baru menikmati penerangan selama empat tahun terakhir.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!