MAKASSAR - Masyarakat di sekitar areal stadion Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menyatakan menolak digusur apabila tidak menerima ganti rugi dan kompensasi yang sebanding dari pemerintah.
"Kami akan bertahan dan menolak digusur, dengan resiko apapun, jika tidak ada ganti rugi dan kompensasi yang diberikan pemerintah di Mamuju," kata Almiswari koordinator warga yang menolak penggusuran pemukiman warga di areal stadion Mamuju, Minggu 13 Februari.
Ia menyebutkan, lahan yang dimanfaatkan beberapa kepala keluarga di sekitar areal stadion Mamuju yang selama ini membangun pemukiman, telah diminta sekda Kabupaten Mamuju, Suaib dan Camat Mamuju, untuk mengosongkan lahan tersebut, karena Pemkab Mamuju meng-klaim lahan tersebut.
"Warga diminta mengosongkan lahan tersebut sampai 15 Januari 2021, namun pemerintah tidak memberikan solusi ganti rugi dan kompensasi terhadap warga," katanya.
Ia menyampaikan, bahwa lahan yang dimanfaatkan masyarakat di areal stadion tersangkut proses sengketa hukum, sehingga warga masih mendiami lokasi yang diklaim pemerintah tersebut.
Lahan masih dalam tahap sengketa
Oleh sebab itu, ia mengimbau agar pemerintah tidak melakukan pembongkaran rumah warga karena lahan yang digunakan masyarakat masih dalam tahap sengketa.
Ia juga meminta kepada pemerintah dan aparat keamanan di Mamuju, agar memilih cara berperikemanusiaan dan musyawarah dengan masyarakat dalam persoalan tersebut.
"Kami berharap ada kompensasi dan ganti rugi, dan kami tetap bertahan disini jika tidak tidak ada kompensasi dan ganti rugi," katanya.
Sementara itu, aktivis Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI) Pimpinan Kota Mamuju, Irfan Herianto menyayangkan sikap pemerintah di Mamuju yang sebelumnya sudah menggusur pemukiman masyarakat tanpa ada kompensasi dan ganti rugi.
"Sebelumnya pemerintah telah menggusur sebanyak enam kepala keluarga di areal stadion namun tidak ada kompensasi dan ganti rugi yang diberikan sehingga warga kini bertahan di tenda darurat, karena tidak punya pemukiman," katanya.
BACA JUGA:
Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!