MAKASSAR - Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri akan melayangkan panggilan kedua terhadap Edy Mulyadi terkait kasus dugaan ujaran kebencian Kalimantan tempat jin buang anak. Dalam panggilan kedua akan disertakan perintah membawa.
"Tadi koordinasi dengan Dirsiber cukup panggilan kedua dengan perintah membawa," ujar Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto saat dikonfirmasi, Jumat, 28 Januari.
BACA JUGA:
-
| BERITA
Polda Metro Jadwalkan Ulang Pemeriksaan Firli Bahuri Rabu Pekan Depan
21 Desember 2023, 20:59 -
| BERITA
Firli Bahuri Bungkam Ditanya Soal Alasannya Mangkir dari Panggilan Polisi
21 Desember 2023, 20:28 -
| BERITA
Edy Mulyadi Besok Diperiksa Bareskrim Polri, Tunda Datangi Dewan Pers
30 Januari 2022, 11:12
Namun soal waktu pemanggilan kedua terhadap Edy Mulyadi, Kabareskrim tak menyebutkannya. Komjen Agus hanya menegaskan proses hukum yang dilakukan penyidik Bareskrim Polri sudah disesuaikan aturan.
Termasuk ketika disinggung mengenai aturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengenai perintah membawa yang bisa dilakukan pada panggilan ketiga.
"Penyidik ada mekanismenya," katanya.
Menurut Komjen Agus, bila Edy Mulyadi merasa mekanisme yang diterapkan penyidik Bareskrim menyalahi aturan, maka Edy dipersilakan menempuh jalur hukum.
"Kalau nggak pas ya silakan saja tempuh jalur praperadilan," kata Komjen Agus.
Edy Mulyadi tak hadiri pemanggilan pemeriksaan
Dalam pemanggilan pemeriksaan, Edy Mulyadi tak hadir karena disebut pengacara pemanggilan tak sesuai aturan KUHAP. Pengacara juga meminta agar UU Pers diberlakukan karena Edy Mulyadi disebut berbicara dengan atas nama wartawan senior.
Seperti yang diketahui, Edy Mulyadi diduga melakukan penghinaan kepada seluruh warga Kalimantan terkait pernyataannya yang menyebut Kalimantan sebagai ‘tempat jin buang anak'.
Kegaduhan pun muncul. Warga Kalimantan bersuara memprotes Edy Mulyadi.
Setelah ramai, sekjen Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama ini pun meluruskan konteks kalimat tersebut. Menurutnya, istilah tersebut umum digunakan oleh warga Jakarta untuk menggambarkan lokasi yang jauh.