MAKASSAR - Tim penggerak PKK Sulawesi Selatan dan Majelis Taklim (MT) Ukhuwah Universitas Muslim Indonesia (UMI) ikut membantu korban kebakaran yang meluluhlantakkan sebanyak 110 rumah di Jalan Muhammad Tahir, Kota Makassar.
Ketua MT Ukhuwah UMI Dr Hj Amirah Basri Modding di Makassar, Senin 16 Agustus, mengharapkan bantuan yang diberikan agar tidak dilihat dari nilainya, melainkan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama dan belajar arti dari saling berbagi.
“Alhamdulillah MT Ukhuwah UMI bisa memberikan bantuan kepada masyarakat, semoga bantuan ini dapat meringankan beban mereka yang terkena musibah dan menjadi suatu berkah dan bermanfaat,” katanya.
Bantuan kepada korban kebakaran itu di antaranya berupa beras, air mineral, mi instan, sarung, mukena, tikar, popok dan mainan anak-anak.
“Semoga bantuan ini dapat meringankan beban mereka yang terkena musibah dan menjadi suatu berkah dan bermanfaat,” katanya.
Amirah Basri Moding yang juga Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMI ini menjelaskan pihaknya juga menggandeng Ketua Baznas Kota Makassar Azhar Tumanggong, yang memberikan tausiyah dan memberikan pencerahan agar warga korban kebakaran itu kuat menghadapi musibah ini.
"Kami berharap saudara yang tertimpa musibah kebakaran diberikan kemudahan dan kesabaran, serta diganti Allah SWT dengan rezeki yang lebih luas sehingga menjadi suatu keberkahan untuk mereka,” katanya.
Bantuan dari Tim Penggerak PKK
Tim Penggerak PKK Sulsel juga memberikan bantuan kebutuhan sehari-hari. Seperti pasta gigi, sampo, popok, sarung, daster dan jilbab. Bantuan ini merupakan bantuan awal yang akan disalurkan.
"Ini merupakan bentuk kunjungan untuk memberikan support moril dan materil kepada korban kebakaran," kata Sekretaris PKK Sulsel Zulfitriany Dwiyanti Mustaka.
Ia menjelaskan PKK melakukan penggalian lebih dalam tentang kebutuhan warga.
Misalnya ditemukan bahwa selain kebutuhan untuk membangun rumah kembali, juga pemenuhan dapur darurat di bagian belakang lokasi, karena hanya tersedia di bagian depan kompleks warga saat mengambil kebutuhan makanan sehingga harus berjalan jauh.
Selain itu, persoalan penanganan kesehatan serta kebutuhan dukungan psikologi anak-anak pasca peristiwa ini.
"Kami langsung melihat ke lokasi, bukan hanya di depan tetapi kami masuk sampai ke belakang. Kita seolah-olah masuk dalam satu kompleks di mana satu kompleks itu kebakaran. Karena kehadiran kita tadi di sana sekaligus meminta dan berbicara langsung ke masyarakat," demikian Zulfitriany Dwiyanti Mustaka.
BACA JUGA:
Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!