Larangan Pertukaran Tahanan dengan Anggota Resimen Azov Akan Dipertimbangkan, Parlemen Rusia: Mereka Penjahat Perang
Ilustrasi Parlemen Rusia (Wikimedia Commons/FOTOBANK.ER)

Bagikan:

MAKASSAR - Parlemen Rusia akan mempertimbangkan untuk melarang pertukaran tawanan perang Rusia dengan anggota Resimen Azov Ukraina yang ditangkap, demikian juru bicara menjelaskan pada Selasa, 17 Mei.

Pernyataan itu keluar setelah pasukan Ukraina bertahan selama 82 hari di Azovstal, Mariupol meletakkan senjata dan menyerah kepada Rusia, diikuti dengan evakuasi keluar dari kawasan pabrik baja tersebut.

Resimen Azov, milisi nasionalis yang sekarang terintegrasi ke dalam Garda Nasional Ukraina, menjadi wajah perlawanan terhadap pasukan Rusia di kota tersebut, yang menyaksikan beberapa pertempuran paling sengit dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.

Namun, Moskow telah menjelaskannya sebagai pelaku utama dari dugaan nasionalisme radikal anti-Rusia bahkan Nazisme, sehingga dinilai perlu untuk melindungi penutur bahasa Rusia Ukraina.

Vyacheslav Volodin, juru bicara Duma Negara, mengungkapkan anggota Azov adalah 'penjahat Nazi' yang tidak boleh dimasukkan dalam pertukaran tahanan.

"Mereka adalah penjahat perang dan kita harus melakukan segalanya untuk membawa mereka ke pengadilan," ujarnya, dikutip dari Reuters 18 Mei.

Tuduhan agenda fasis

Situs web Duma mengatakan dia telah mengimbau komite pertahanan dan keamanan untuk menyiapkan instruksi.

Sementara itu, Resimen Azov menyangkal fasis, rasis atau neo-Nazi, sementara Ukraina mengatakan satuan tersebut telah direformasi jauh dari asal-usul nasionalis radikal.

Kyiv juga menyangkal bahwa penutur bahasa Rusia telah dianiaya di Ukraina, mengatakan tuduhan bahwa mereka memiliki agenda fasis melanggar hak asasi manusia, yang diulang setiap hari di media Rusia, adalah dalih tak berdasar untuk agresi Rusia.

Diketahui, Moskow mengatakan lebih dari 250 pejuang Ukraina di pabrik baja Azovstal telah menyerah. Sebanyak 51 orang di antara mereka akan dirawat karena cedera serius.

Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Presiden Vladimir Putin telah menjamin, semua akan diperlakukan "sesuai dengan standar internasional".

Sejak invasi pada 24 Februari lalu, diketahui Rusia dan Ukraina telah melakukan beberapa pertukaran tahanan perang.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!

 

Ikuti artikel dan berita Sulsel terkini, klik link berikut untuk update info terbaru.