Aktor Gunawan Maryanto Tutup Usia Tadi Malam
Gunawan Maryanto (Sumber: Istimewa)

Bagikan:

MAKASSAR - Kabar duka datang dari dunia kesenian, Gunawan Maryanto salah satu aktor Indonesia meninggal dunia pada 6 Oktober, dalam usia 45 tahun. Kabar meninggalnya aktor yang juga pernah berlakon sebagai sosok Wiji Thukul di Film "Istirahatlah Kata-Kata" itu disampaikan sobatnya, Yudi Ahmad Tajudin di laman Facebook-nya, Rabu malam, 6 Oktober 2021.

'Teman-teman, dengan hati bergetar saya hendak mengabarkan: benar, sahabat dan rekan kerja saya di Teater Garasi, Gunawan Maryanto (dikenal juga dengan panggilan Cindhil), meninggal dunia sekitar pukul 20.00 WIB tadi. Di rumah sakit Ludiro Husodo, Yogyakarta. Karena serangan jantung.

"Perihal pemakaman dan lain2 sedang dibicarakan bersama keluarga", tulis Yudi Ahmad Tajudin, yang dikenal sebagai motor Teater Garasi. 

Seniman dan aktor teater Garasi kelahiran 10 April 1976 ini dikenal total dalam menghayati peran yang dipercayakan kepadanya.  Gunawan Maryanto dinobatkan sebagai aktor Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2020 lewat film Hiruk Pikuk Si Al-Kisah (The Science of Fictions). Dia juga ditasbihkan sebagai aktor terbaik Usmar Ismail Awards 2017 lewat perannnya dalam Istiraharlah Kata-Kata. 

Bersentuhan dengan sastra dan seni pertunjukan sejak kecil

Dalam wawancara VOI dengan Gunawan Maryanto 18 Desember 2020 lalu, beberapa hal lain dari penjelasan Gunawan Maryanto soal dirinya juga menggambarkan itu. Kecintaannya total pada sastra dan kesenian. Tidak ujug-ujug. Sejak usia dini Gunawan Maryanto lebih dulu bersentuhan dengan sastra. Di umur lima, Gunawan Maryanto telah menyerap banyak buku bacaan.

Sementara, kecintaan terhadap seni --terutama seni pertunjukan-- tidak sesegera itu ditemui. Ia tumbuh di lingkungan budaya Jawa yang penuh kesenian. Ayah Gunawan Maryanto adalah pemain ketoprak. Sementara kakeknya lekat dengan pertunjukan wayang. Meski begitu, Gunawan Maryanto tak memiliki ketertarikan terhadap seni pertunjukan, hingga ia menonton sebuah pertunjukan pantomim.

"Suatu saat aku dikasih undangan. Waktu itu oleh salah satu mahasiswa ISI Jogja yang kos di rumahku. Undangan pertunjukan pantomim di salah satu gedung pertunjukan legendaris di Jogja, yaitu Senisono."

"Itu satu hal yang masih aku ingat sekarang, ya. Momen itu. Jadi aku agak meyakini itu adalah salah satu pemicu awalnya. Karena pada waktu aku nonton ayahku main ketoprak itu aku takut. Aku takut dia jadi orang lain, gitu. Mungkin karena ada kedekatan emosi dan macam-macamnya. Jadi aku enggak pernah selesai nonton ketoprak dari ayahku. Tapi ketika nonton pantomim itu aku betul-betul terhanyut, gitu. Dan aku masih ingat detail peristiwanya. Detail sampai hari ini. Artinya itu cukup membekas."

Dari Teater Garasi itu juga pertemuan antara Gunawan Maryanto dan Anggi Noen terjadi. Keduanya telah mengenal lama karena berada di ekosistem kesenian yang luas di Jogja. Percakapan tentang karakter Siman dan konsep film The Science of Fictions bermula pada 2012, bahkan sebelum Istirahatlah Kata-Kata (2017), kolaborasi pertama antara Gunawan Maryanto dan Anggi Noen dalam film.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!