3 Dampak Buruk Memaksa Anak Minta Maaf yang Harus Dipahami Orang Tua
Ilustrasi Anak-anak (Victoria Borodinova/Pexels)

Bagikan:

MAKASSAR - Selain kata ‘tolong’, ‘terima kasih’, dan ‘permisi’, mengucapkan kata ‘maaf’ juga tentunya harus diajarkan pada anak sejak dini. Walaupun orang tua mengajarkan kata maaf pada anak, tetapi memaksanya meminta maaf ketika ia berbuat salah justru dapat menghasilkan dampak negatif baginya. Melansir Parenting, Rabu, 22 Desember, setidaknya ada tiga akibat yang mungkin terjadi jika orang tua kerap memaksa anak meminta maaf. Apa saja dampak tersebut? Berikut penjabarannya.

Membuat anak malu

Orang dewasa kerap menganggap minta maaf tidak akan mengurangi harga diri seseorang. Namun, terkadang untuk mengucapkan minta maaf, bagi orang dewasa sekalipun tidaklah mudah. Butuh waktu untuk meyakinkan diri dan menepis ego untuk meminta maaf. Jamie Perillo, LPC., psikolog anak dan psikoterapis keluarga di Connecticut, AS menjelaskan bahwa mengucapkan maaf dapat menimbulkan rasa malu, dan itu bukanlah hal yang membantu. Apalagi, bila Anda memaksa mereka minta maaf di depan umum.

Menyebabkan anak tantrum

Ketika sepupunya menangis saat anak Anda merebut mainannya, ia juga merasakan emosi kemarahan, kekecewaan, atau kekesalan di saat yang bersamaan. Mendatanginya dan memintanya untuk minta maaf tiba-tiba tanpa memvalidasi emosi anak terlebih dahulu, justru akan membuat anak merasa diabaikan. Mereka akan bingung dengan ledakan emosinya sendiri sehingga berpotensi untuk menjadi tantrum.

Orang tua butuh mengajarkan empati dan memahami sudut pandang orang lain terlebih dahulu sembari mengajarkan mereka tentang minta maaf serta mengapa mereka harus melakukannya secara perlahan. Di samping itu, orang tua juga harus mencontohkan cara meminta maaf pada anak setiap kali melakukan kesalahan.

Membuat anak berbohong

Psikolog dan penulis Positive Discipline in Everyday Parenting, Joan Durrant menjelaskan bahwa memaksa seorang anak untuk meminta maaf ketika mereka tidak memahami kesalahannya akan berdampak buruk di masa kecilnya. “Jika mereka tidak merasakannya pada saat itu, Anda melatih mereka untuk berbohong,” ujarnya.

Berbohong dalam hal apa? Berbohong terhadap perasaan mereka sendiri bahwa mereka merasa bersalah dan berjanji tidak akan mengulanginya, padahal sebetulnya mereka tidak paham atas perbuatannya dan janji yang diucapkannya sendiri.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!