MAKASSAR - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan keterangan terbaru terkait angka inflasi yang terus mengalami kenaikan.
Menurut Sri Mulyani, hal tersebut dikarenakan beberapa faktor makro ekonomi yang terjadi saat ini.
BACA JUGA:
-
| EKONOMI
Sri Mulyani Serahkan Insentif Fiskal ke Daerah yang Miliki Kinerja Baik
03 Oktober 2023, 22:25 -
| BERITA
Sri Mulyani Menyatakan Pentingnya Pembangunan SDM untuk Kemajuan Sebuah Negara
01 Agustus 2021, 10:32
Demikian yang diungkapkan bendahara negara saat menghadiri rapat kerja dengan Banggar DPR terkait realisasi APBN semester I 2022.
"Kita memahami inflasi ini walaupun sebagian sangat besar karena adanya sisi suplai yang terdisrupsi, tetapi juga juga karena demand side dengan pemulihan ekonomi juga memberikan kontribusi,” ujarnya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat, 1 Juli.
Menkeu menerangkan bahwa pemerintah akan mengoptimalkan fungsi instrumen fiskal dalam meredam laju inflasi.
Perlu dukungan kebijakan strategis Bank Indonesia
Meski demikian, dia menyebutkan tools keuangan negara tidak dapat berjalan sendirian dan perlu didukung oleh kebijakan strategis Bank Indonesia dalam menstabilkan gejolak ekonomi makro.
"Bank sentral sekarang menjadi sumber atau resources player yang akan sangat menentukan dari sisi harga. Dengan adanya kenaikan inflasi maka respons yang sangat perlu adalah kebijakan moneter dan fiskalnya (seirama)," tuturnya.
Menkeu berharap, strategi ini dapat membuahkan hasil positif sehingga upaya menjaga momentum pemulihan dapat terus berjalan.
"Jadi kita harus balance dalam mengelola inflasi pada hari ini ke depannya," tegas dia.
Seperti yang diberikan VOI, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan jika inflasi telah melebihi target yang ditetapkan pemerintah dengan realisasi 4,35 persen (year on year/yoy) di akhir Juni 2022.
Padahal, level inflasi yang dibidik untuk sepanjang tahun ini yaitu 3 persen plus minus 1 persen.
Sejatinya, indikasi inflasi yang jebol ini telah terlihat sejak awal 2022 yang secara konsisten naik dari 2,03 persen di Februari menjadi 4,35 persen pada bulan lalu.