ASITA Sulsel Sebut Tes Swab PCR Hambat Kunjungan Wisata
Ilustrasi - Kunjungan hotel di Kabupaten Tana Toraja mulai menggeliat. ANTARA

Bagikan:

MAKASSAR - Ketua Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sulawesi Selatan (Sulsel) Didi Leonardo Manaba menyebutkan pemberlakuan tes polymerase chain reaction (PCR) untuk bisa masuk ke Sulsel dinilai membuat kunjungan wisata ke daerah ini menjadi terhambat.

Pasalnya, persyaratan sebelumnya hanya cukup dengan tes swab antigen, warga Indonesia bisa masuk ke Sulawesi Selatan. Padahal pergerakan pada sektor pariwisata, menurut Didi, sudah mulai terlihat.

"Ini sudah mulai ada pergerakan akan tetapi pergerakan itu agak tersendat dengan masih diwajibkannya orang PCR dan antigen. Itu bukan hanya berat secara fisik tapi di finansial juga," ujar Didi, di Makassar, Senin 25 Oktober.

Didi menegaskan bahwa pernyataan tersebut bukan bermaksud menentang kebijakan pemerintah terkait pemulihan kesehatan masyarakat melawan pandemi COVID-19, tetapi ia juga meyakini bahwa hal itulah yang terjadi.

Maka ASITA Sulsel berharap agar pemerintah membuka keran untuk melaksanakan aktivitas ke Sulsel yang merupakan destinasi Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Sedangkan terkait peningkatan wisatawan, Didi menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan domestik.

"Sejak Januari lalu kami siapkan pariwisata domestik, karena itulah yang paling dekat, kami tidak mau muluk-muluk berbicara wisata internasional, yang di depan mata saja dulu dan alhamdulillah sudah mulai ada pergerakan meski sedikit," ujarnya lagi.

Jumlah penumpang bertambah

Salah satu indikatornya, jelas dia, adalah kunjungan di Bandara Sultan Hasanuddin melalui jumlah penumpang yang terus bertambah pada satu pekan terakhir.

PT Angkasa Pura I Makassar mencatat terjadi kenaikan volume penumpang hingga 5 persen sejak satu pekan terakhir, dibanding sepekan sebelumnya di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Sulsel.

Total penumpang pada 8-14 Oktober sebanyak 149.152 orang, sedangkan 15-21 Oktober 156.477 orang.

"Salah satu indikatornya di Bandara Sulhas, kami lemah di statistik tapi ada kacamata pariwisata yang kami bisa lihat, seperti ketersediaan hotel dan para pemilik bus pariwisata, itu sudah bisa diukur dari sana. Kami memang tidak punya statistik yang penting ada pergerakan," ujarnya pula.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!