Presiden Erdogan Menghendaki Tentara Amerika Serikat Keluar dari Suriah dan Irak Setelah Afghanistan

MAKASSAR - Turki menghendaki Amerika Serikat menarik tentaranya dari negara kawasan yang sama di mana tentara Amerika Serikat angkat kaki dari Afghanistan, demikian Presiden Recep Tayyip Erdogan menanggapi pertanyaan CBS News.

Secara khusus, Presiden Erdogan mengatakan Suriah dan Irak sebagai dua negara di mana Washington harus mengakhiri kehadiran militernya. Menurut Presiden Turki, langkah tersebut akan mengundang perdamaian di wilayah tersebut.

"Tentu saja, jika saya punya pilihan, saya ingin mereka keluar dari Suriah dan Irak. Sama seperti cara mereka menarik diri dari Afghanistan. Karena jika kita akan melayani perdamaian di seluruh dunia, itu tidak lagi berarti. untuk tetap berada di bagian dunia itu. Kita bisa meninggalkan orang-orang itu, membiarkan administrasi itu mengambil keputusan sendiri," sebut Presiden Erdogan mengutip Sputnik News 26 September.

Ketika ditanya oleh pembawa acara CBS, apakah dirinya pernah mengangkat masalah kemungkinan penarikan dari Suriah dengan Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Erdogan menjelaskan dia tidak pernah bertanya kepada POTUS mengenai hal ini ketika mereka bertemu di Brussels. Presiden Erdogan menambahkan, mereka berdua fokus pada pembicaraan mengenai Afghanistan ketika itu.

Menarik diri pada akhir Agustus

Amerika Serikat dan negara-negara NATO lainnya menarik diri dari Afghanistan pada akhir Agustus, menyusul pengumuman Presiden Biden tentang rencana untuk mengakhiri perang hampir 20 tahun di negara itu.

Meskipun diumumkan beberapa bulan sebelumnya, penarikan itu digambarkan oleh pengamat sebagai 'kacau' karena kekurangan Barat dalam mengevakuasi warga negara mereka, serta warga sipil Afghanistan yang pernah membantu mereka.

Namun, pasukan Amerika Serikat masih dikerahkan di Irak, meskipun beberapa upaya untuk menarik mereka keluar sejak dimulainya serangan Amerika Serikat terhadap negara itu, dan di Suriah.

Washington sendiri tidak pernah mendapatkan mandat Dewan Keamanan PBB atau 'permintaan' dari Damaskus untuk menerjunkan pasukannya ke negara tersebut. Sebaliknya, Pemerintah Suriah menyatakan kehadiran pasukan Amerika Serikat di tanahnya dan keterlibatannya dalam ekstraksi dan ekspor sumber daya alamnya ilegal.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!