Varian Delta Asal India Muncul di Jakarta, Dinkes: Gejala Lebih Berat atau Lebih Mematikan dan Mudah Menular
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

MAKASSAR - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengungkapkan saat ini telah ada kasus mutasi COVID-19 dengan varian Delta atau B1617.2. Varian ini sebelumnya juga muncul di Kudus, Jawa Tengah.

Varian Delta adalah mutasi COVID-19 asal India. Varian ini merupakan sub-turunan dari varian B1617. Menurut studi, varian Delta bersifat lebih mudah menular dan bisa menimbulkan angka kesakitan yang lebih besar dibanding varian lain.

Widyastuti bilang, munculnya varian Delta menjadi hal yang dikhawatirkan. Belum lagi, DKI sebelumnya telah muncul varian COVID-19 Alfa (B117) dan Beta (B1351).

“Varian baru ini cukup merepotkan karena mereka memiliki kemampuan tersendiri untuk menginfeksi kita, seperti kita ambil contoh varian Delta B1617.2 yang amat mudah menyebar dan varian Beta B1351 yang amat mudah membuat gejala menjadi berat atau lebih mematikan," kata Widyastuti dalam keterangannya, Selasa, 15 Juni.

Ditemukan dari PMI yang Baru Pulang dari Luar Negeri

Temuan varian Delta di Jakarta berasal dari hasil pemeriksaan whole genome sequencing (WGS) dan ditemukan dari pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru pulang dari luar negeri.

"Meskipun menurut penelitian terakhir, seluruh varian masih dapat diantisipasi dengan vaksin, tetapi ini benar-benar harus kita waspadai bersama,” papar Widyastuti.

Di sisi lain, kondisi pandemi di Ibu Kota menunjukkan tren yang mengkhawatirkan karena terjadi lonjakan kasus yang signifikan, terutama pascalibur lebaran.

Pada tanggal 31 Mei 2021 saja atau tepatnya saat perpanjangan PPKM Mikro sebelumnya, kasus aktif di Jakarta sudah menunjukkan angka 10.658 dengan positivity rate 7,6 persen dari hasil tes PCR.

“Selama dua minggu ini, kenaikannya konstan dan cenderung mengalami lonjakan hingga per 14 Juni 2021 kasus aktif di Jakarta mencapai angka 19.096 atau naik 9.000-an kasus. Bahkan, beberapa hari ini pertambahan kasusnya mencapai 2.000, 2.300, 2.400, dan 2.700 dengan kenaikan positivity rate yang juga signifikan di angka 17,9 persen,” jelas Widyastuti.

Lalu, ada juga peningkatan keterisian pasien COVID-19. Per tanggal 14 Mei 2021, keterisian tempat tidur pasien atau bed occupation ratio (BOR) khusus COVID-19 naik signifikan.

Kapasitas tempat tidur isolasi sebanyak 7.341 terisi 5.752 atau sudah menyentuh 78 persen dan ICU sebesar 1.086 terisi 773 atau 71 persen. Padahal, per tanggal 31 Mei 2021 kapasitas tempat tidur isolasi di Jakarta masih sebesar 33 persen dan ICU sebesar 36 persen.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!