Impor Sulsel Turun 7,89 Persen pada Bulan April
Kepala BPS Sulsel Suntono saat merilis data statistik ekspor dan impor bulanan di Makassar, Rabu. (Foto: Antara)

Bagikan:

MAKASSAR - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat penurunan transaksi impor provinsi sebesar 7,89 persen atau dari 56,28 juta dolar AS pada Maret 2021 menjadi 51,84 persen.

Kepala BPS Sulsel Suntono di Makassar, Rabu, mengungkapkan, transaksi impor secara bulanan dari Maret ke April 2021 itu turun 7,89 persen dan jika dibandingkan dengan transaksi ekspor pada waktu yang sama sebesar 108,64 juta dolar AS, Sulsel masih surplus.

"Neraca perdagangan kita jika membandingkan barang atau komoditi yang diekspor dan komoditi impor, surplusnya itu sebesar 56,8 juta dolar AS," ujarnya.

Ia mengungkapkan, capaian nilai impor barang yang dibongkar lewat beberapa pelabuhan di Provinsi Sulsel ini pada periode yang sama dengan tahun sebelumnya (yoy) atau pada April 2020 mengalami penurunan sebesar 9,53 persen atau sekitar 57,31 juta dolar AS.

Gula dan kembang gula komoditas impor dengan nilai terbesar

Adapun komoditas impor Sulawesi Selatan pada April 2021 dengan nilai terbesar adalah gula dan kembang gula dengan nilai sebesar 20,45 juta dolar AS atau sekitar 39,45 persen dari total transaksi.

Komoditas ampas atau sisa industri makanan dengan nilai sebesar 17,21 juta dolar AS (33,19 persen); mesin-mesin/pesawat mekanik dengan nilai sebesar 4,61 juta dolar AS (8,90 persen).

Kemudian besi dan baja dengan nilai sebesar 2,57 juta dolar AS (4,96 persen) dan produk keramik dengan nilai sebesar 2,05 juta (3,96 persen) dari total nilai impor Provinsi Sulawesi Selatan.

Dibandingkan dengan Maret 2021, maka gula dan kembang gula mengalami peningkatan sebesar 86,47 persen; ampas/sisa industri makanan naik sebesar 26,72 persen; mesin/pesawat mekanik naik sebesar 47,29 persen dan produk keramik naik sebesar 62,93 persen.

"Sebagian besar impor pada bulan April 2021 didatangkan dari India, Amerika Serikat, Tiongkok, Thailand dan Korea Selatan dengan proporsi masing-masing 51,11 persen, 20,92 persen, 12,71 persen, 5,14 persen, dan 4,75 persen" kata mantan Kepala BPS Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!