UMI Makassar Gelar Pesantren Ramadhan Secara Virtual
Suasana pelaksanaan pesantren ramadhan virtual yang digelar UMI Makassar. (Foto: Antara)

Bagikan:

MAKASSAR - Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar mengadakan pesantren Ramadhan 1442 Hijriah secara virtual yang diikuti dosen, mahasiswa dan calon mahasiswa.

Kepala Humas UMI, Dr. Nurjannah Abna di Makassar, Rabu, mengungkapkan kegiatan amaliah Ramadhan ini sudah dijalankan sejak awal Ramadhan dengan menghadirkan berbagai penceramah.

Wakil Rektor 2 UMI Prof. Dr. H Salim Basalamah yang mendapatkan giliran memberikan kajian menjelaskan ada tiga hal yang perlu diterapkan dalam melayani mahasiswa di UMI, yakni sifat wara’, qanaah dan bersyukur.

"Sifat wara', yakni sifat yang sederhana, tidak sombong dalam memberikan layanan, sebab mahasiswa ibaratnya adalah raja yang dilayani, tanpa mahasiswa, tidak ada pelayanan di kampus," katanya.

Selanjutnya sifat qanaah, yaitu merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki, sehingga tidak ada ambisi untuk meraih yang lebih dan ketiga selalu bersyukur terhadap apa yang telah diperoleh, mensyukuri nikmat Allah Swt.

Host Dr. M. Ishaq Shamad menambahkan jika sifat wara’ sangat penting dalam menjalankan ibadah puasa, sebab dengan begitu, akan menghindarkan diri dari segala perbuatan yang dapat menjerumuskan ke dalam dosa.

Puasa sebagai pendidikan

Puasa mendidik untuk mampu menahan diri dari segala godaan yang mengarah kepada sifat-sifat yang tercela. Namun, ada pengembangan makna dan implementasi dari sifat wara’ ini, jika dulu para Sufi mengartikan wara’, artinya meninggalkan kehidupan duniawi, tidak mengejar harta dan jabatan.

Sekarang, lanjutnya, makna wara’, diartikan memiliki sikap yang tidak meninggalkan kehidupan dunia dan jabatan melainkan seseorang tidak diperbudak oleh harta dan jabatan. Bahkan, dengan harta dan jabatan yang ia peroleh, digunakan untuk membantu sesama dan berada di jalan Allah SWT.

Diceritakan dalam sejarah salah satu sahabat Nabi, yakni Abdurrahman bin Auf, dikenal kaya dan ia mau jatuh miskin dengan menggunakan hartanya membeli kurma busuk, tetapi gagal karena kurma busuk begitu laku dibeli dari negara tetangga yang sangat membutuhkannya untuk pengobatan.

"Oleh karena itu, tidak apa-apa menjadi orang kaya dan pejabat, tetapi hati dan pikirannya tetap menegakkan keadilan dan kebaikan untuk umat dan kemanusiaan," tuturnya.

Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!