Hati-hati Terhadap Serangan Hoaks Omicron Saat Lonjakan COVID-19, Berikut Beberapa Contohnya
Ilustrasi Covid/Foto: Pixabay

Bagikan:

MAKASSAR - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Bidang Antropologi Nasrullah mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap serangan hoaks terkait Omicron saat lonjakan COVID-19 yang kini terjadi.

"Peningkatan kasus COVID-19 akibat varian Omicron diperkeruh penyebaran hoaks, untuk itu masyarakat harus diedukasi terus," kata dia di Banjarmasin, Rabu 9 Februari.

Menurut Nasrullah, banyaknya informasi bohong justru menghambat upaya masyarakat untuk berpartisipasi dalam pencegahan dan penyembuhan dari COVID-19.

Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan

Untuk itulah, peran serta masyarakat dalam memerangi hoaks sangatlah penting, mengingat penyebaran hoaks dari satu orang ke lainnya begitu cepat melalui media sosial.

"Setidaknya, kita tidak menjadi kelompok orang pertama menyebarkan informasi bohong," jelasnya menekankan.

Diakui Nasrullah, banyak faktor yang menyebabkan hoaks masih terjadi dan cepat menyebar.

Pertama, faktor kecepatan membagikan dan mendapatkan informasi kepada pihak lain lewat media sosial. Jadi, ada semacam kebanggaan jika membagikan informasi lebih awal.

Kedua, rendahnya melek membaca, yang berarti proses yang kurang baik dalam menelaah teks atau tontonan yang diterima. Dan bagian ini tidak hanya dialami kalangan pendidikan bawah seperti tamatan SD tapi juga di kalangan lulusan pendidikan setingkat sarjana.

"Penerima pesan atau informasi dalam bentuk teks, audio atau audio visual cenderung tidak melihat perbandingan informasi," papar pakar antropologi masyarakat jebolan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu.

Ketiga, kalaupun membaca isi informasi, biasanya terjebak kata viralkan, sebarkan, atau pun kata-kata yang menggunakan istilah agama yang seolah menjadi legitimasi untuk turut menyebarkan.

Beberapa contoh berita hoaks

Nasrullah merujuk situs https://covid19.go.id/p/hoax-buster yang hingga 8 Februari 2022 ada 14 jenis informasi hoaks.

Di antaranya berbunyi “Awas Hoaks Omicron adalah akibat keracunan chemtrail yang disebarkan pesawat” hingga hoaks di daerah yang menasional “Awas Hoaks: Guru Ngaji di Balangan Lumpuh Setelah Divaksin”.

Oleh karena itu, hoaks mestinya tidak disebutkan sebagai berita hoaks tetapi menggunakan istilah informasi hoaks.

Selain pengertian hoaks itu sendiri adalah informasi bohong, berita itu sendiri juga merupakan sebuah produk jurnalistik yang idealnya sudah melewati tahapan cek silang (cross check) dan proses edit yang ketat.

"Tips bagi penerima untuk tidak segera menyebarkan, agar membaca berulang kali atau mencermati informasi sebelum disebarkan. Akan lebih baik jika terkait COVID-19 dengan mencari informasi hoax buster," kata anggota Satgas COVID-19 Kalimantan Selatan bidang Komunikasi Publik itu.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!