MAKASSAR - Polri mengungkapkan mafia karantina kerap memanfaatkan pengawasan di bandara. Salah satu pintu masuk ke Indonesia itu dianggap sebagai celah untuk beraksi.
"Kasus yang pernah ditangani, kelemahannya adalah di pengawasan bandaranya, dari mulai pintu kedatangan dia keluar dari pesawat," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo kepada wartawan, Rabu, 2 Februari.
BACA JUGA:
Bahkan, berkaca pada kasus yang ada, para pelaku adalah oknum petugas sendiri. Kewenangan yang ada mereka salahgunakan untuk membantu masyarakat menghindari masa karantina.
"Ada oknum-oknum yang menyalahgunakan kewenangannya, yang bersangkutan menjemput kemudian menawarkan jasanya dan ini-lah yang membuat keresahan WNA," kata Dedi.
Aplikasi monitoring presisi
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, Polri dan pihak terkait lainnya akan menjalankan langkah pencegahan. Salah satunya dengan pemanfaatan aplikasi monitoring presisi.
Di mana, aplikasi itu mampu mengetahui warga negara asing atau Indonesia yang tak menjalani masa karantina. Sebab, semua data tercantum di aplikasi tersebut.
"Di situ nanti akan dipotong, dari hasil komunikasi dan koordinasi dengan pihak Imigrasi tentunya sudah tidak ada lagi jalur-jalur tersebut, harus clear daru orang-orang yang mencoba memanfaatkan situasi tersebut," kata Dedi.
"Kemudian juga kita antisipasi bersama dari mulai pintu keluar Imigrasi itu sudah dilakukan aplikasi monitoring Presisi, sampai dengan nanti pengantaran ke tempat hotel karantina tersebut, termasuk pada saat karantina, jangan sampai ada pelanggaran-pelanggaran lain," sambungnya.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!