MAKASSAR - Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam, Sumatera Barat, menyebutkan, akibat ikan mati dalam jumlah besar di Danau Maninjau, Kecamatan Tanjungraya, kerugian diperkirakan mencapai Rp18,24 miliar.
"Kerugian itu berasal dari 912 ton ikan jenis nila dan ikan mas mati secara mendadak dengan harga Rp20 ribu per kilogram di tingkat petani keramba," kata Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Rosva Deswira di Lubukbasung, Antara, Rabu, 22 Desember.
Ikan yang mati itu merupakan ukuran siap panen dalam ratusan keramba jaring apung. Sebagian petani, tambahnya, telah melakukan panen secara dini sehingga tidak mengalami kerugian.
"Ada sebagian petani melakukan panen saat ikan di sekitar keramba jaring apung sudah ada yang mati," katanya.
Ia menambahkan ke 912 ton ikan mati itu tersebar di empat nagari yakni, Nagari Tanjung Sani sebanyak 400 ton, Nagari Koto Kaciak 300 ton, Nagari Koto Malintang 12 ton, Nagari Koto Gadang Anam Koto 200 ton.
Kekurangan oksigen setelah angin kencang dan hujan tinggi
Dikabarkan, ikan-ikan itu mati karena kekurangan oksigen setelah angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda daerah tersebut. Dengan kondisi itu, oksigen di perairan danau vulkanik itu berkurang, sehingga ikan menjadi pusing dan mati.
"Kematian ikan 912 ton ini terjadi semenjak 6 sampai 21 Desember 2021," katanya.
Ia mengakui keramba jaring apung di Danau Maninjau masih ada sejumlah 17.000 petak. Saat ini sekitar 70 persen keramba jaring apung sudah diisi bibit ikan oleh petani. Satu petak keramba diisi sekitar 500 kilogram hingga satu ton bibit ikan.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!