Varian Omicron Disebut Terlalu Dibesar-besarkan, Legislator PDIP: Itu Nyata, Sebaiknya Tahan Diri dan Jangan Berkomentar yang Kurang Bijak
Ilustrasi-Unsplash

Bagikan:

MAKASSAR - Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo mengimbau semua pihak untuk menahan diri dan bijak dalam memberikan respons dan berpendapat mengenai penanganan pandemi COVID-19, khususnya varian Omicron.

Sebab, anggapan negatif akan menimbulkan kebingungan bagi masyarakat yang berujung kurangnya kepercayaan kepada pemerintah dalam menangani varian baru asal Afrika Selatan itu.

“Ada komentar yang terlalu dipaksakan, misalnya disebut-sebut bahwa Omicron tidak berbahaya, Omicron terlalu dramatisasi, Omicron terlalu dibesar-besarkan sehingga membuat masyarakat takut. Komentar seperti ini kan kurang bijak, karena para ahli epidemiologi di seluruh dunia pun belum bisa memastikan tingkat keparahan Omicron itu,” ujar Rahmad kepada wartawan, Rabu, 22 Desember. 

Legislator PDIP ini pun mengingatkan, bahwa saat ini kasus COVID-19 di Amerika Serikat kembali melonjak dengan 75 persen kasus didominasi varian Omicron. Selain Amerika, nyaris seluruh negara di dunia saat ini sedang fokus menghadapi varian Omicron.

“Kita bisa melihat secara global, ancaman Omicron ini nyata adanya. Lalu apanya yang didramatisir,?” kata Rahmad.

Menahan diri dan bijak bermedsos

Harapan Rahmad, semua pihak, baik mantan pejabat, tokoh politik, termasuk masyarakat biasa, mampu menahan diri dan bijak dalam bermedia sosial.

“Sebut soal antri berkepanjangan di bandara yang sempat viral. Tayangan tersebut terkesan menyudutkan pemerintah dan para petugas di Bandara. Padahal petugas sudah melayani masyarakat yang baru datang dari luar negeri selama 24 jam sehari,” katanya.

Anggota DPR dari dapil Jawa Tengah itu menegaskan, sebaiknya semua anak bangsa saling bergotong-royong dalam memerangi COVID-19. Salah satunya adalah dengan bijak menyampaikan pendapat.

“Saya kira semua pendapat kita hormati, kita hargai tetapi jangan memaksakan kehendak dengan menyampaikan kepada publik seolah pendapat kita paling benar," katanya.

"Kalau info yang tidak utuh disampaikan ke masyarakat, lalu diterima mentah-mentah oleh masyarakat, dampaknya pendapat masyarakat akan terbelah. Nah, jika terjadi pro dan kontra maka proses pengendalian COVID-19, khususnya di masa liburan Nataru ini bisa menjadi kontra produktif," sambungnya. 

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!