MAKASSAR - Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera menanggapi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terkait kerumunan yang terjadi di Pasar Tanah Abang akhir pekan lalu. Menurutnya, keramaian yang terjadi di Pasar Tanah Abang merupakan pengaruh dari imbauan Sri Mulyani agar masyarakat membelanjakan uang demi membangkitkan ekonomi.
Pengunjung Pasar Tanah Abang membludak di akhir pekan kemarin. Bahkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut pengunjung pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara tersebut menyentuh 100 ribu orang pada Sabtu 1 Mei lalu.
BACA JUGA:
"Berlebihan dan menyedihkan. Terlalu skeptis dan sederhana. Mestinya arahan menjadi produktif, bukan konsumtif. Menteri Keuangan mestinya memberi inspirasi spending quality. Arahkan masyarakat untuk produktif dan inovatif, bukan sekadar beli baju," ujar Mardani Ali Sera di akun Twitter pribadinya, dikutip VOI, Senin 3 Mei.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sri Mulyani mendorong masyarakat untuk membelanjakan uang, dalam hal ini khususnya THR, demi melecut bangkitnya ekonomi Indonesia di tengah pandemi COVID-19. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu beranggapan, masyarakat harus turut berpartisipasi dalam pemulihan ekonomi dengan cara berbelanja ke pusat perbelanjaan namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Meski demikian, Sri Mulyani juga mendorong masyarakat untuk berbelanja secara online. Setidaknya itu terpancar dari kebijakan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di mana pemerintah memberikan subsidi ongkos kirim sebesar Rp500 miliar.
"Aktivitas konsumsi tetap terjadi, investasi mulai tumbuh, dan ini semua akan menjadi resep bagi kita untuk memulihkan ekonomi tanpa menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah COVID-19," tegasnya.
Tanggapan Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia
Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menyayangkan adanya kerumunan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Kata dia, masyarakat harusnya tetap waspada dengan adanya penularan COVID-19.
Dia bahkan menyebut, masyarakat yang berdesakan di sana bisa saja tak hanya mendapatkan baju lebaran tapi juga terpapar virus COVID-19. Apalagi, dalam sebuah video yang viral, masyarakat berada di satu area dalam ruangan dan tak menaati protokol kesehatan.
"Ya, ini bisa saja belanja baju lebaran yang didapat bukan cuma baju lebarannya tapi juga virus COVID-19 juga dapat dibawa pulang," kata Dicky saat berbincang dengan VOI, Minggu, 2 Mei.
Epidemiolog ini meminta masyarakat tak menganggap remeh pandemi COVID-19. Sebab, berbagai hasil riset menunjukkan orang yang tak bergejala saat terpapar virus ini cenderung memiliki gangguan kesehatan dan dapat menurunkan kualitas hidup ke depannya.
"Saya ingin mengingatkan bahwa sekali lagi, riset terakhir membuktikan bahwa pada orang tanpa gejala, gangguan kesehatan itu makin besar terutama selain di jantung, para, juga pembuluh darah. Ini bisa memanjang dan berpotensi menurunkan kualitas hidup," tegas Dicky.
"Jadi meski kini belum merasakan, itu bisa terjadi dan ini yang membuat COVID-19 ditakuti di negara maju," imbuhnya.
Lebih lanjut, Dicky menyoroti peran pemerintah untuk mencegah hal ini terjadi. Menurutnya, jika memang pasar atau pusat perbelanjaan mau dibuka agar aktivitas perekonomian tetap berjalan maka aturannya harus dibuat sedemikian rupa.
"Pasar itu kan memang tempat berkumpul. Jadi kalau mau dibuka, ya, harus konsekuen dengan protokolnya, aturannya. Kalau semua itu aturannya tidak dipatuhi, dijalankan, ya, sebagus apapun kita akhirnya memperburuk situasi pandemi," ujarnya.
Artikel ini telah tayang sebelumnya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!