5 Alasan yang Paling Masuk Akal Kenapa Kita Sulit Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Ilustrasi alasan susah memaafkan orang (Unsplash/Angga Aditya)

Bagikan:

MAKASSAR - Bagi sebagian orang, memaafkan kesalahan orang lain merupakan pekerjaan paling berat. Meskipun sering dipahami sebagai sebuah kebaikan perlu dilakukan, ternyata tidak mudah untuk melakukannya.

Mengapa bisa begitu sulit? Berikut alasan paling masuk akal yang dapat kita pahami.

Memaafkan perlu proses

Banyak yang menganggap bahwa dengan memaafkan kita melupakan kesalahan orang lain. Bukan, memaafkan dan melupakan ataupun menerima kesalahan adalah hal yang berbeda.

Menurut psikiatris Elizabeth Kubler-Ross, memaafkan mirip dengan merasakan duka. Sebab hal-hal yang perlu dimaafkan tidak membuat kita merasa hidup jadi mudah. Artinya, perlu proses yang dimulai dari penyangkalan, tawar-menawar, marah, depresi, hingga akhirnya menerima dan memaafkan.

Menyimpan luka yang dialami sebagai dendam

Rasa dendam dianggap sebagai cara mengontrol dan membuat lebih kuat setelah merasa terluka. Namun, membalaskan dendam atau memberi hukuman pada orang yang bersalah pada Anda tidak efektif dan tidak produktif untuk kehidupan Anda.

Mengontrol perasaan dan emosi itu tidak mudah

Tidak seperti membalikkan tangan atau bahkan tak semudah belajar mengayuh sepeda. Mengontrol emosi lebih sulit, apalagi situasi tidak pernah diduga yang bisa membuat emosi semakin memuncak.

Luka masa lalu bisa diingat hingga masa depan

Ingatan adalah sumber yang bisa dimodifikasi dengan cara memaafkan. Jika ingatan tentang luka bisa diampuni dan dimodifikasi menjadi sesuatu yang baru, anggap sebagai pembelajaran contoh yang paling klise.

Tetapi dilansir Psychology Today, Selasa, 28 September, luka masa lalu dapat menginfeksi masa kini kita. Jika Anda disakiti oleh seseorang, Anda mungkin menyimpan dendam atau terluka.

Belum memaafkan sebagai mekanisme pertahanan diri

Seseorang yang sulit memaafkan bisa jadi karena dirinya membangun mekanisme pertahanan diri terlalu kuat. Ia tidak ingin memaafkan karena tidak mau merasakan kecewa, kekesalan, dan luka.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!