Makassar—Berjemur di bawah sinar matahari menjadi kegiatan rutin banyak orang di masa pandemi. Selain memang menyehatkan karena tubuh mendapat asupan vitamin D, ternyata manfaat lain yang diberikan adalah membuat mood seseorang menjadi baik.
Mengutip Business Insider, vitamin D punya banyak manfaat bagi tubuh, termasuk menjaga kesehatan tulang, otak dan jantung. Ada bukti yang menunjukkan kekurangan vitamin D berkaitan dengan depresi. Namun, bukan berarti mengonsumsi vitamin D saja bisa mencegah atau mengobati depresi.
BACA JUGA:
Menurut 13 studi yang melibatkan lebih dari 31 ribu responden mengungkapkan bahwa kekurangan vitamin D bisa meningkatkan risiko depresi, jika dibandingkan dengan mereka yang tingkat vitamin D lebih tinggi. "Kadar vitamin D rendah ada kaitannya dengan depresi mayor dan minor, serta gangguan mood dan penurunan kognitif yang lebih cepat," kata dokter ahli diet dari Academy of Nutrition and Dietetics, Robin Foroutan.
Kadar vitamin D yang rendah dapat merusak fungsi kognitif. Pasalnya, ada reseptor vitamin D di area otak yang berfungsi untuk mengontrol suasana hati dan perilaku termasuk yang berkaitan dengan depresi.
Untuk mencegahnya rata-rata orang dewasa perlu kadar vitamin D sekitar enam ratus sampai delapan ratus unit internasional (IU) sehari. Misalnya saja dari satu kuning telur mengandung sekitar 40 IU vitamin D. Dan ikan salmon mengandung vitamin D lebih banyak lagi sebesar 447 IU.
Selain dari makanan, faktanya cara paling umum memperoleh vitamin D adalah dengan terkena sinar matahari. Karena vitamin D disintesis oleh kulit sebagai respons terhadap sinar ultraviolet.
Untuk mendapatkan hasil maksimal setidaknya harus berjemur 15 menit di bawah sinar matahari antara pukul sepuluh pagi sampai tiga sore. Dan hal itu harus dilakukan rutin seminggu tiga kali.
Benarkah vitamin D bantu atasi depresi?
Sebenarnya belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mengonsumsi vitamin D lebih banyak bisa mengobati depresi. Namun, yang pasti, meningkatkan kadar vitamin D bisa membantu meningkatkan kesehatan secara umum dan mendapat kebugaran lebih.
Studi yang diterbitkan Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism (2014) mengungkapkan tidak ada efek ketika vitamin D ditambahkan sebanyak 4.000 IU kepada mereka yang depresi. "Kami tidak memiliki cukup bukti untuk merekomendasikan ini sebagai pengobatan depresi," kata psikiater di Northwestern Medicine, Dorothy Sit.
Sebaliknya, dokter mungkin akan merekomendasikan penderita depresi untuk mengombinasikan antara terapi dan pengobatan sebagai langkah pertama dalam penyembuhan depresi. Tentunya dibarengi juga dengan menjalani hidup sehat seperti rutin berolahraga dan makan makanan sehat.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!