MAKASSAR - Setiap orang memiliki karakter berbeda dan mengekspresikan rasa marah berdasarkan tipe masing-masing. Marah bisa mengusik hubungan seseorang dengan orang lain. Bahkan kemarahan yang tidak dikelola bisa mengganggu kesehatan mental seseorang.
Maka diperlukan cara mengontrol rasa marah dengan tepat sesuai tipe dalam mengekspresikan kemarahan. Melansir Real Simple, Senin, 17 Mei, berikut tipe ekspresi marah dan cara mengontrolnya.
BACA JUGA:
Eksplosif
Ekspresi marah yang eksplosif bisa diibaratkan seperti letupan gunung berapi. Ketika marah, adrenalin memuncak dan emosi meledak. Ini dapat membuat orang disekitar Anda menyingkir ketika mengetahui kemarahan Anda cukup membahayakan.
Kemarahan eksplosif hampir tak menimbang empati dan berlaku kasar. Pada akhirnya mungkin akan menyesal. Menurut Ronald Potter-Efron, Ph.D., spesialis manajemen amarah, respons kemarahan eksplosif secara neurologis berlangsung kurang dari dua detik.
Satu-satunya cara mengontrol rasa marah eksplosif adalah dengan menguasai emosi. Paling memungkinkan, alihkan perhatian sementara waktu dengan bernapas panjang atau meninggalkan ruangan dan mencari udara segar untuk menenangkan diri.
Melukai diri sendiri
Self-abuse atau melukai diri sendiri ketika marah lazim dialami ketika harga diri jatuh dan merasa lebih aman marah ke diri sendiri. Apabila terus-menerus dilakukan dapat mengalami kekecewaan hingga depresi. Saran ahli, tanya diri Anda sendiri setiap kali kesalahan terlempar pada diri.
Tambahan saran, seseorang perlu meningkatkan harga diri dan membuat daftar kualitas diri yang positif untuk mengembangkan rasa layak serta mengatasi menyalahkan diri sendiri.
Penghindaran
Saat seseorang memasang mimik wajah bahagia ketika bola amarah bercokol di dada, disebut dengan penghindaran ekspresi marah. Tipe ini mengubur agresi dan menurut Potter-Efron penghindaran atas kemarahan ini acap terjadi pada wanita.
Fungsi marah adalah mendorong resolusi, apabila sengaja dihindari dapat merusak diri. Penghindaran amarah seolah memberi lampu hijau pada orang lain untuk menebus kesalahan.
Artinya, penghindaran perlu diatasi dengan ‘keluar’ dari memendam amarah dan beri kesempatan orang yang membuat marah menebus kesalahan. Lakukan konfrontasi yang sehat dengan cara positif dan membangun.
Sarkasme
Berkatan sinis dan menyindir perlu dihindari sebab kurang to the point pada inti masalah. Ini tergolong pengungkapan emosi yang negatif sebab komentar pedas bisa merusak hubungan tanpa disertai menemukan solusi bersama.
Cara paling tepat, utarakan langsung dan temukan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan Anda. Bersikaplah tegas dan jelas tanpa meledak sehingga orang lain tahu apa inti persoalannya.
Pasif-agresif
Amarah yang menyelinap dan bisa membuat orang lain frustasi. Amarah tipe pasif-agresif ditandai dengan kemarahan yang tidak disembunyikan tetapi tidak diungkapkan dengan terang. Biasanya terjadi karena seseorang tidak menyukai konfrontasi tetapi tidak mau merilis marah secara sehat.
“Orang-orang menjadi marah yang pasif-agresif ketika mereka yakin tidak bisa melawan orang lain,” kata Potter-Efron.
Saran Potter-Efron, izinkan diri Anda untuk marah, dukung diri sendiri serta tetap dalam kontrol.
Iritasi kebiasaan
Kebiasaan orang lain yang Anda cukup kenali bisa menjadi alat untuk mengekspresikan kemarahan seseorang. Padahal sangat mungkin soalnya bukan kebiasaan, tetapi hal lain yang membuat Anda iri. Misalnya, rekan mendapatkan promosi jabatan sementara Anda merasa lebih layak pada posisinya.
Ini bisa memicu apapun dimata Anda salah dan patut jadi alat merilis kekesalan. Hasilnya, Anda akan terjebak dalam lingkaran setan yang sama. Cara mengatasinya, kenali inti persoalannya dan gali mengenai peristiwa yang membuat Anda kesal.
Terakhir, mencoba berdamai dengan diri sendiri dan keadaan yang tak selalu bisa dikontrol adalah jalan untuk mengekspresikan marah dengan sehat. Dengarkan suara hati dan jangan terlalu keras pada diri sendiri.
Artikel ini pernah tayang di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!