Susu untuk Pengganti Makanan Utama Anak Berisiko Sebabkan Obesitas, Ini Penjelasannya
Ilustrasi anak minum susu (ANTARA/Shutterstock)

Bagikan:

MAKASSAR - Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM, ​Prof. dr. Damayanti R Sjarif, Sp.A(K) menjelaskan bahwa susu bukanlah sumber makanan utama, dan hanya bayi berusia 0-6 bulan yang boleh mengganti makanan dengan susu.

Ia mengungkapkan, memberi anak susu sebagai pengganti makanan utama yang kerap dilakukan orang tua untuk mengatasi anak yang mogok makan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain, yakni risiko obesitas.

"Kalau hanya minum susu saja si anak enggak belajar konsumsi makanan yang lain. Apa dampaknya? Risiko obesitasnya empat kali lebih tinggi," ujar Prof. Damayanti dalam acara "Media Scientific Session", Kamis, 15 April.

Prof. Damayanti mengatakan anak berusia di atas satu tahun maksimal hanya boleh mengkonsumsi susu sebanyak 500 ml dalam sehari. Kebanyakan susu formula diberi tambahan pemanis sehingga dapat memperbesar risiko obesitas.

"Karena itu tidak boleh memberi susu yang berlebihan. Manusia itu makan bukan menyusu," kata Prof. Damayanti.

Konsultasi dengan ahli

Sementara itu, untuk anak yang intoleransi laktosa sebaiknya berkonsultasi kepada ahli untuk mendapatkan pengganti susu sapi yang sesuai. Prof. Damayanti mengatakan pemberian susu soya sebenarnya tidak dianjurkan.

"Soya itu asam amino esensialnya tidak lengkap, soya itu dari nabati dan ada limiting amino acids jadi saya tidak rekomendasi," ujar Prof. Damayanti.

"Di Amerika juga tidak merekomendasi untuk pemberian soya pada anak-anak yang normal. Kalau untuk memberikan pengganti susu harus dicari dulu yang sesuai anaknya, dikonsultasikan dulu," imbuhnya.

Ikuti berita dalam dan luar negeri lainnya hanya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!