Novel Baswedan Sebut Koruptor Sudah Bersabar dan Mendapatkan Waktu yang Tepat untuk Melemahkan KPK
Novel Baswedan/Antara

Bagikan:

MAKASSAR - Mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, mengungkapkan koruptor di Tanah Air sudah lama menunggu waktu yang tepat untuk melemahkan semangat dalam pemberantasan korupsi.

Hal ini dijelaskannya melalui video di akun YouTube miliknya, Novel Baswedan. Video berdurasi 10 menit 43 detik itu sudah ditonton 4.800 pengguna dan disukai 1.200 pengguna YouTube.

"Pelemahan KPK ini memang tahapan yang luar biasa. Saya mau katakan koruptor itu memang telah bersabar sekian lama untuk menunggu masa di mana, waktu yang tepat untuk melakukan pelemahan bahkan mematikan semangat pemberantasan korupsi," kata Novel dalam video yang dikutip pada Senin, 18 Oktober.

"Ini yang saya lihat dan saya ingin bagikan kepada orang banyak supaya kita tahu apa yang terjadi," imbuhnya.

Ia menyebutkan upaya pelemahan KPK sejak dulu memang kerap terjadi. Namun, menurut Novel, upaya semakin kuat ketika lembaga ini mulai mengurusi isu korupsi sumber daya alam pada 2014 silam.

Sebagai mantan penyidik, Novel menjelaskan KPK masuk ke ranah korupsi sumber daya alam karena hal ini berdampak besar dari seluruh aspek mulai sosial hingga lingkungan. Tak hanya itu, kebanyakan pelaku juga kerap tak tersentuh.

Sehingga, ketika komisi antirasuah mulai mengusut dugaan korupsi sumber daya alam muncullah serangan yang kerap melemahkan. Bahkan, hal ini dijalankan secara sistematis.

"Ketika KPK mulai masuk tangani korupsi sumber daya alam ini, serangan dan hantaman jauh lebih meningkat dan pelan-pelan kemudian terjadi upaya pelemahan yang dilakukan sistematis," tegasnya.

Isu radikal di tubuh KPK

Meski demikian, upaya itu kerap gagal karena publik selalu memberikan dukungan. Hanya saja, Novel melihat kecenderungan para koruptor ini mulai memecah dukungan dengan mengembuskan isu radikal di internal KPK.

"Ini luar biasa saya tidak tahu apakah sebelum memunculkan itu koruptor melakukan riset terlebih dulu saya tidak mengerti. Tapi pemilihan isu ini sangat bagus dilakukan, benar-benar efektif karena memecah dukungan dan membuat persepsi di publik," ujarnya.

Hal ini jugalah yang selanjutnya membuat Novel dan koleganya di KPK kerap angkat soal isu radikal. Penyebabnya, isu ini tidaklah benar karena lingkungan komisi antirasuah tidak hanya terdiri dari kelompok agama tertentu.

Novel dan koleganya mengakui lebih mendekatkan diri pada Tuhan agar dilindungi dalam pekerjaannya. Apalagi, dalam memberantas korupsi mereka kerap mendapatkan serangan.

"Dengan risiko sebesar itu sangat wajar kemudian banyak di antara kami mencari perlindungan terbaik dari Tuhan dan Allah. Maka kami selalu memperbaiki ibadah, komunikasi, dan berdoa dengan Tuhan dengan Allah. Itu bukan hanya dilakukan kawan-kawan dari umat Islam tapi yang beragama lain," jelas Novel.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, waktunya merevolusi pemberitaan!