Solusi bagi yang Takut Jarum Suntik, Peneliti Jepang Kembangkan Vaksin COVID-19 Melalui Semprotan Hidung

MAKASSAR - Vaksinasi COVID-19 memang penting. Namun dengan teknik konvensional, jarum suntik, menjadikan banyak orang pengidap trypanophobia (takut jarum), berpikir ulang untuk melaksanakan vaksinasi.

Kabar gembira datang dari Jepang. Ilmuwan di Universitas Mie sedang mengembangkan jenis vaksin COVID-19 yang dapat dimasukkan melalui semprotan hidung. Jadi menghilangkan kebutuhan akan jarum sama sekali.

Para peneliti memahami, di luaran sana, masih banyak orang yang memiliki fobia atau trauma dengan jarum suntik. Reaksi mereka bahkan bisa --terlihat berlebihan-- beberapa jam atau bahkan ada yang beberapa hari sebelum mendapat suntikan.

Dilansir dari Japan Today, Profesor Tetsuya Nozaka dari Sekolah Pascasarjana Pengendalian Penyakit Menular dan Kedokteran Universitas Mie mengaku memang sedang mengembangkan vaksin virus corona baru yang dapat diberikan melalui semprotan hidung.

“Vaksin bisa disemprotkan melalui kedua lubang hidung, dan akan dihasilkan antibodi yang sesuai," ucap Tetsuya.

Dikembangkan sejak Maret 2020

Vaksin semprot ini dikembangkan sejak Maret 2020 lalu. Dapat disimpan setidaknya selama enam bulan. Profesor berharap vaksin tersebut dapat digunakan sebagai vaksin booster. Pengujian awal ke hewan yang dilakukan telah membuahkan hasil positif.

“Keefektifan vaksin bahkan mengejutkan kami,” kata profesor seraya menambahkan kemungkinan efek samping seperti demam sangat rendah.

Sebelumnya, Thailand juga sedang mengembangkan vaksin COVID-19 model semprotan hidung yang mulai diujicobakan pada manusia akhir tahun 2021. Uji coba pada tikus menunjukkan hasil yang menjanjikan.

Vaksin ini dikembangkan oleh Pusat Nasional untuk Rekayasa Genetika dan Bioteknologi, vaksin tersebut berbasis adenovirus dan influenza, kata wakil juru bicara pemerintah Ratchada Thanadirek.

Ratchada menyatakan, usai uji coba pada tikus, tahap pertama uji coba pada manusia akan dilaksanakan akhir tahun ini, menunggu persetujuan regulator obat dan makanan.

"Percobaan itu juga akan menguji perlindungan terhadap varian Delta," terang Ratchada seperti mengutip Antara, Rabu 11 Agustus lalu.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!