Kasus COVID-19 Disebut WHO Turun Sembilan Persen Secara Global Pekan Lalu, Dua Subvarian Omicron Picu Gelombang Infeksi Baru
Ilustrasi gerai tes COVID-19 di Prancis. (Wikimedia Commons/XIIIfromTOKYO)

Bagikan:

MAKASSAR - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kasus COVID-19 di dunia turun sembilan persen secara keseluruhan pekan lalu, sementara dalam penilaian mingguan, jumlah kematian stabil.

WHO menyebutkan ada 6,5 ​​juta kasus yang dilaporkan pekan lalu, dengan lebih dari 14.000 kematian. Lebih jauh diterangkan, jumlah kasus baru turun 35 persen di Eropa, tetapi meningkat sekitar 20 persen di Pasifik Barat dan 5 persen di Afrika.

Sedangkan untuk angka kematian, naik sekitar 44 persen di Pasifik Barat dan 26 persen di Timur Tengah. Sementara di Eropa, angka kematian turun sekitar seperempat.

Sebelumnya WHO telah memperingatkan, pengawasan COVID-19 baru-baru ini telah sangat terganggu oleh negara-negara yang mengurangi pengujian, pelaporan, dan sistem peringatan virus corona lainnya.

Badan tersebut menyebutkan angka COVID-19 kemungkinan diremehkan secara signifikan, yang dapat membuatnya lebih sulit untuk menemukan varian baru yang mengkhawatirkan.

Dalam laporannya, WHO juga mengungkapkan dua subvarian Omicron, yaitu subvarian BA.4 dan subvarian BA.5 menjadi pendorong gelombang infeksi terbaru di seluruh dunia.

Dikatakan subvarian BA.5 menyumbang sekitar 64 persen hingga 70 persen dari urutan yang dibagikan dengan basis data virus publik terbesar di dunia.

Beberapa minggu berikutnya kemungkinan kasus COVID-19 turun jauh

Paul Hunter, seorang profesor kedokteran di University of East Anglia, mengatakan, dalam beberapa minggu berikutnya kemungkinan kasus COVID-19 dan rawat inap akan terus turun lebih jauh.

Pakar lain memperingatkan bahwa langkah-langkah untuk mencegah COVID-19 masih harus diambil, dengan mengungkapkan sistem kesehatan yang masih di bawah tekanan.

"Kita harus berharap bahwa kejadian COVID panjang dari gelombang ini akan lebih rendah daripada gelombang pertama dan kedua," kata James Naismith, direktur Institut Rosalind Franklin di Universitas Oxford, dikutip dari Daily Sabah 4 Agustus.

James juga mengimbau orang-orang untuk tetap divaksinasi bahkan ketika protokol COVID-19 ditinggalkan, dengan alasan bahaya infeksi ulang.

Diketahui, jumlah kasus baru tertinggi dilaporkan di Jepang, AS, Korea Selatan, Jerman, dan Italia. Kematian terbanyak dilaporkan di AS, Brasil, Italia, Jepang, dan Australia.