MAKASSAR - Komnas HAM mengungkapkan bukti baru terkait peristiwa kematian Brigadir Nopryansah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J setelah lakukan pemanggilan para asisten rumah tangga (ART) dan ajudan (ADC).
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menyebutkan , Irjen Pol Ferdy Sambo tak ikut rombongan istri dan ajudan dalam perjalanan dari Magelang kembali ke Jakarta. Mantan Kadiv Propam itu, pulang ke Jakarta dengan pesawat seperti yang diungkapkan Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.
"Yang dikatakan oleh Pak Taufan (Ferdy Sambo naik pesawat) itu benar," ujar Anam kepada wartawan, Selasa, 2 Agustus.
BACA JUGA:
Anam menjelaskan, hingga saat ini Komnas HAM masih terus menyandingkan informasi-informasi dari para saksi yang telah dikumpulkan sampai terbukti kebenarannya.
"Sehingga yang diceritakan satu pihak itu jadi kebenaran karena ada sandingan-sandingannya," katanya.
Menurut Anam, cerita dari para saksi yang dimintai keterangan beberapa hari terakhir belakangan mulai menunjukkan hasil yang positif. Jelas dia, informasi kepulangan Ferdy Sambo adalah salah satu yang didalami.
"Itu yang bagian kita periksa beberapa hari ini, apakah dapat atau tidak sandingannya? (Kami) Dapat sandingannya," katanya.
Ajudan dan ADC sudah diperiksa
Sebelumnya, Komnas HAM telah lakukan pemeriksaan satu ajudan atau aide-de-camp (ADC) dan asisten rumah tangga (ART) Irjen Ferdy Sambo, Senin, 1 Agustus. Salah seorang yang diperiksa merupakan ajudan Sambo di rumah dinas, Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan. Pemeriksaan berkaitan dengan insiden penembakan Brigadir J.
Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam menjelaskan dalam pemeriksaan tersebut pihaknya mendalami hubungan para ADC dengan Ferdy maupun istrinya.
"Kami mendalami bagaimana hubungan-hubungan antara ADC dengan ADC, ADC dengan pihak Pak Sambo maupun Bu Putri. Informasinya semakin kaya," kata Anam.
Anam juga mengklaim pihaknya menerima dokumen baru yang mampu memperkuat struktur dari cerita dan waktu terkait kasus tersebut. Dokumen ini, kata dia, selanjutnya akan diperiksa dan diverifikasi lebih lanjut dengan keterangan maupun dokumen lainnya.
"Dokumen ini memperkuat berbagai constraint waktu, jadi constraint waktu itu kan kita ceritain sejak awal apa yang terjadi tanggal sekian, jam sekian, dan sebagainya, dan itu kami juga ditunjukkan dengan satu dokumen, jadi tidak hanya berupa keterangan tapi juga ada dokumennya," jelasnya.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!
Ikuti info dan artikel lainnya di VOI Sulsel, Klik Tautan Berikut untuk info selengkapnya.