Korea Selatan Perketat Pengamanan Pasca-penembakan Shinzo Abe, Termasuk Jelang Parade LGBTQ yang Direncanakan pada Akhir Pekan dan Dihadiri Dubes AS
Ilustrasi polisi Korea Selatan. (Wikimedia Commons/U.S. Navy/Mass Communication Specialist 1st Class Daniel N. Woods)

Bagikan:

MAKASSAR - Pasca-pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pekan lalu, Korea Selatan meningkatkan keamanan untuk tokoh-tokoh terkenal, termasuk untuk rencana parade LGBTQ yang disebut akan dihadiri oleh Duta Besar Amerika Serikat akhir pekan ini, kata para pejabat Hari Selasa.

Ini tidak lepas dari pekan lalu, setelah sekelompok kecil pengunjuk rasa berdemonstrasi di luar Kedutaan Besar AS, ketika Philip Goldberg, yang baru ditunjuk sebagai Duta Besar AS untuk Korea Selatan, tiba di negara itu, menuduh Amerika Serikat 'imperialisme budaya homoseksual'.

Layanan Keamanan Presiden Seoul menyebutkan akan memperkuat langkah-langkah keamanan untuk Presiden Yoon Suk-yeol, sementara Badan Kepolisian Nasional telah memerintahkan cabang regional untuk meningkatkan pemantauan untuk menjaga tokoh-tokoh kunci.

"Kami sedang meninjau sistem keamanan kami untuk presiden setelah penembakan Abe, akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperkuat postur keamanan kami," kata seorang pejabat di badan kepresidenan kepada Reuters seperti dilansir 12 Juli.

Abe, perdana menteri terlama di Jepang, ditembak mati pada Hari Jumat pekan lalu dalam pidato kampanye di Kota Nara, jelang pemilihan majelis tinggi yang diselenggarakan dua hari kemudian.

Homoseksualitas tidak ilegal di Korsel

Polisi juga bersiap untuk Festival Budaya Queer Seoul pada hari Sabtu. Selain Duta Besar AS Goldberg, utusan lain untuk negara itu diharapkan hadir.

"Kami berencana untuk memperketat keamanan karena ada sejumlah faktor risiko dengan kelompok oposisi juga akan mengadakan rapat umum pada saat yang sama," ungkap seorang petugas polisi.

Homoseksualitas tidak ilegal di Korea Selatan dan penerimaan publik terhadap hubungan LGBTQ semakin meningkat. Namun, para aktivis HAM mengatakan banyak orang LGBTQ masih menderita kejahatan kebencian dan menghadapi diskriminasi, termasuk kehilangan pekerjaan dan ujaran kebencian.

Diketahui, keamanan Duta Besar AS di Seoul telah menjadi sumber kontroversi. Pada tahun 2015, seorang pria Korea Selatan menyayat wajah Duta Besar AS untuk Korea Selatan saat itu Mark Lippert dengan pisau buah di sebuah forum, meninggalkan luka dalam di wajahnya yang membutuhkan 80 jahitan.

Sementara pada 2019, sebanyak 20 pengunjuk rasa memanjat tembok ke kompleks perumahan duta besar AS, entri ilegal kedua di sana hanya dalam waktu setahun. Polisi meningkatkan keamanan di lokasi tersebut setelah Departemen Luar Negeri AS mengeluh secara terbuka.