5 Langkah Mengajari Anak Mengelola Emosi yang Harus Diketahui Orang Tua
Ilustrasi mengajarkan anak mengelola emosi (Unsplash/Marcos Paulo Prado)

Bagikan:

MAKASSAR - Bagi anak-anak, emosi belum dapat dikuasai dengan baik. Oleh sebab itu, mereka perlu diajarkan orang-orang tua untuk mengelolanya.

Marah, sedih, senang, gembira, bahagia, dan kecewa mungkin sangat sulit diidentifikasi oleh anak usia 3 tahun. Namun bukan tidak mungkin para orang tua untuk melakukan tahapan-tahapan dalam mengajarkan anak mengelola emosi seperti di bawah ini.

1. Bantu mengenali emosi

Emosi merupakan respons alamiah dari sebuah peristiwa yang dialami. Ketika melihat anak kucing terpisah dari induknya, seseorang bisa merasakan sedih. Lain halnya jika menerima hadiah, anak-anak akan merasa senang dan bahagia.

Berbagai macam emosi perlu dikenalkan kepada anak. Orang tua bisa memakai alat bantu, seperti card yang bergambar mimik wajah ketika sedih, senang, gembira, kecewa, marah.

2. Kenalkan batas ketahanan emosi

Batas ketahanan emosi terkait dengan cara merilis emosi. Misalnya, ketika marah seseorang tidak harus membanting barang atau memukul tetapi bisa diarahkan merilis dengan lebih tepat. Seperti ketika marah tidak perlu membanting barang atau memukul tetapi dengan berbicara ‘saya tidak suka’ atau ‘ini membuat saya marah dan tidak merasa nyaman’.

3. Memberikan contoh

Pada masa pertumbuhannya, orang yang paling ditiru oleh anak adalah orangtuanya. Dilansir laman Stella Maris School of Future Enterpreneurs, berdasarkan teori pola asuh, seorang anak bisa belajar mengendalikan emosi dengan baik jika melihat orang tuanya.

Artinya, orang tua perlu mengendalikan emosi secara tepat terlebih ketika buah hati melihatnya. Apabila terlepas dan marah, cobalah untuk mengajak anak berdialog serta mengucapkan permintaan maaf.

4. Mendukung dengan cara positif

Menghukum dan memberikan peringatan keras pada anak tidak efektif untuk mengajarkan kebaikan, bahkan mengajarkan mengelola emosi. Untuk tahapan selanjutnya, orang tua perlu mendukung anak dengan cara positif.

Ajaklah sering-sering berinteraksi, memberikan kesempatan mengungkapkan argumen, dan tetap mengarahkan cara merilis emosi secara tepat. Ajarkan juga cara positif untuk merilis emosi, serta jelaskan bahwa marah, senang, menangis, kecewa, capek itu dirasakan setiap orang. Merasakan hal tersebut boleh, tetapi yang enggak boleh adalah merusak, memukul, menyakiti, dan menjatuhkan.

5. Temani berlatih terus-menerus

Mengajarkan emosi pada anak semasa pertumbuhan tentu tidak sekali langsung paham dan mempraktikkan. Membutuhkan puluhan bahkan ratusan kali untuk mengenali, merilis dengan tepat, dan mengelolanya.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!      

Terkait