Pemerintahan Netanyahu Akan Berakhir, Tapi Naftali Bennett Tidak Lebih Bagus
Ilustrasi Palestina. (Wikimedia Commons/Ahmed Abu Hameeda)

Bagikan:

MAKASSAR - Kekuasaan Benjamin Netanyahu dalam pemerintahan Israel dikabarkan akan segera selesai, seiring dengan koalisi anti-Netanyahu yang posisinya kian kuat. 

Bagi warga Israel, kepastian untuk pemerintahan yang definitif setelah empat kali penyelenggaraan Pemilu adalah penting. Namun bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, pemerintahan baru nanti tidak berdampak terhadap mereka, karena agenda pemerintahannya sama.

Naftali Bennett, konglomerat sayap kanan Israel yang akan menjadi pemimpin baru Israel dari koalisi anti-Netanyahu, merupakan sosok yang mendukung perluasan pembangunan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. 

Ia pun menyebut pembentukan negara Palestina merupakan 'bunuh diri' oleh Israel. Terbaru, ia menyalahkan Palestina dalam konflik yang terjadi antara kedua pihak.

"Kebenaran harus diberitahukan, perjuangan nasional antara Israel dan Palestina bukanlah atas wilayah. Orang-orang Palestina tidak mengakui keberadaan kami di sini, dan tampaknya ini akan terjadi untuk beberapa waktu," katanya kepada stasiun televisi Israel Saluran 12, seperti dikutip Reuters Jumat 4 Juni.

Tidak kalah ekstrem dengan Netanyahu

Sosok Bennet yang demikian, menurut warga Palestina akan menghadirkan pemerintahan Israel yang sama seperti pemerintahan sebelumnya. Ia mengatakan, penunjukan perdana menteri kali ini tidak kalah ekstrem dengan Benjamin Netanyahu.

"Dia (Bennett) akan memastikan untuk mengungkapkan betapa ekstremnya dia di pemerintahan," tukasnya. 

Sentimen serupa disuarakan oleh pegawai pemerintah di Gaza, Ahmed Rezik. Menurutnya, tidak akan ada perbedaan antara satu pemimpin Israel dengan yang lainnya. 

"Mereka baik atau buruk bagi bangsa mereka. Dan ketika itu datang kepada kita, mereka semua jahat, dan mereka semua menolak untuk memberikan hak dan tanah mereka kepada orang-orang Palestina," tukasnya.

Sementara itu, anggota Garda Revolusi Fatah Dimitri Diliani mengatakan, tidak banyak yang akan berubah dan bisa diharapkan dari Pemerintah Israel yang akan datang. 

"Itu bukan perjuangan antara kelompok pro dan anti-perdamaian. Bagi kami, mengganti satu pemerintahan rasis dengan yang lain, tidak memberikan banyak perbedaan. Kami senang melihat Netanyahu digantikan, tapi kami tidak menyambut Bennett," tuturnya seperti dikutip dari Sputniknews.

Pun demikian dengan Hamas, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza. Bagi mereka, siapa pun yang memerintah Israel tidak ada bedanya.  

"Palestina telah melihat lusinan pemerintah Israel sepanjang sejarah, kanan, kiri, tengah, begitu mereka menyebutnya. Tetapi mereka semua bermusuhan ketika menyangkut hak-hak rakyat Palestina kami dan mereka semua memiliki kebijakan ekspansionisme yang bermusuhan," tegas juru bicara Hazem Qassem.

Untuk diketahui, Bennett telah menjadi pendukung kuat untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat yang direbut dan diduduki Israel dalam perang 1967. Namun dalam pernyataan publik pertamanya tentang masalah ini dalam beberapa hari terakhir, ia tampaknya mengusulkan kelanjutan status quo, dengan beberapa pelonggaran kondisi bagi warga Palestina.

"Pemikiran saya dalam konteks ini adalah untuk mengecilkan konflik. Kami tidak akan menyelesaikannya. Tapi di mana pun kami bisa (memperbaiki kondisi), lebih banyak titik persimpangan, lebih banyak kualitas hidup, lebih banyak bisnis, lebih banyak industri, kami akan melakukannya," terang Bennett.

Artikel ini telah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!