MAKASSAR - Empati melibatkan emosi dan pengenalan pada orang tertentu. Dengan kata lain, empati adalah berbagi emosi yang pada umumnya terjadi pada orang yang dikenal. Sebab perlu mengubah persepsi dan menempatkan diri pada posisi orang lain.
Melansir VOI, empati dan simpati sedikit berbeda meski sama-sama melibatkan emosi. Empati tumbuh dari pengetahuan kita tentang siapa ‘dia’, apa yang dialami, dan dilakukan. Empati berbeda dengan belas kasihan dan kasih sayang.
BACA JUGA:
Empati mengambil posisi sejajar, tanpa memandang rendah atau memicu belas kasihan. Dilansir Psychology Today, Selasa, 18 Mei, Elizabeth A. Segal, Ph.D., seorang profesor dari School of Social Work di Arizona State University menganjurkan cara dalam berempati yang mampu meningkatkan kesehatan.
Empati dapat menyelamatkan hidup
Menggunakan empati dalam hidup bisa bermanfaat bagi orang sekitar. Faktanya, empati dapat menurunkan stress dan mencegah kelelahan. Membaca dan mengenali orang lain bisa membantu Anda membuat keputusan yang baik untuk diri sendiri.
Anda bisa menyesuaikan situasi ketika melihat orang berteriak, berlari, ataupun ketakutan. Ini terjadi secara otomatis tanpa Anda menyadarinya. Dan ini bisa menjadi pegangan saat dalam situasi berbahaya.
Empati menghubungkan Anda dengan orang lain
Karena empati adalah tentang merasakan dan memahami pengalaman orang lain, ini membuat Anda terhubung dengan orang di sekitar.
Meskipun empati membutuhkan proses untuk tetap terkoneksi dan terikat dengan orang lain, empati juga berkaitan dengan cara kita merasa dipahami dan membalas perasaan tersebut.
Empati dapat menurunkan stres
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika kita bisa mengatur emosi, maka kita lebih mampu berhubungan dengan orang lain secara positif. Ini dikenal sebagai regulasi emosi, yatu kemampuan untuk menerima pengalaman orang lain tanpa dibuat kewalahan.
Kemampuan tersebut juga bisa menghilangkan stres lewat mekanisme fisiologis. Mulanya dalam kondisi waspada hormon stres akan dipersiapkan untuk kita bertindak. Seiring waktu, kewaspadaan akan lentur terutama ketika terlibat secara empatik sehingga lebih mampu mengatur emosi dan stres terkendali.
Empati sebagai pereda lelah
Kelelahan acap dirasakan di tempat kerja yang bisa mendistraksi fokus dan membubarkan konsentrasi. Ini bisa membuat enggak bahagia saat bekerja, frustrasi, dan depresi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Segal dan tim menunjukkan bahwa semakin tinggi empati seseorang semakin rendah merasa kelelahan bekerja. Situasi kerja yang sulit dan komunikasi tersendat dapat diatasi dengan memahami orang lain.
Berempati membimbing seseorang jadi lebih bermoral
Cara memperlakukan orang lain dan mengharapkan untuk diperlakukan bisa dibimbing oleh empati. Dengan berempati, kita terbantu dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat diterima. Saat menjalankan perilaku ‘aman’ artinya kita cenderung melindungi diri dari tindakan buruk.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI.id, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!