MAKASSAR - Artis Jeff Smith, ditangkap yang kedua kalinya karena mengonsumsi narkoba. Mark Jeffrey Smith diamankan pertama kalinya pada bulan April karena konsumsi obat-obatan terlarang. Rabu, 8 Desember, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes E. Zulpan meresmikan bahwa JS ditangkap lagi karena penggunaan narkotika.
Melansir BNN, Kamis, 8 Desember, narkotika merupakan zat atau obat baik yang bersifat alamiah, sintetis maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang. Narkotika memberikan dampak atau risiko yang dapat merusak hidup dan kesehatan. Sekali mendekat dan jadi kecanduan, berikut alasan sulitnya untuk keluar dari lingkaran setan yang merusak ini.
BACA JUGA:
Menguasai kinerja otak
Menurut Nicole Lee, profesor di National Drug and Research Institute, Cutin University, bagaimanapun cara konsumsi alkohol dan narkoba hingga kecanduan, pada akhirnya akan masuk ke otak melalui aliran darah. Ketika sampai otak, mereka akan memengaruhi bagaimana pesan dikirim melalui otak.
Otak merupakan pusat komunikasi besar yang menyampaikan pesan bolak-balik untuk mengatur apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan, jelas Lee dilansir The Conversation. Narkoba yang bekerja dengan berbagai cara berefek meningkatkan atau mengurangi neurotransmitter seperti dopamin (kesenangan), noradrenalin (berkelahi atau lari, dan serotonin (suasana hati). Artinya, setiap jenis narkoba memengaruhi jalur neurotransmitter.
Memengaruhi keputusan dan konsekuensi
Ketika sistem dopamin pada otak rusak karena narkotika, maka akan memengaruhi korteks prefrontal, bagian otak yang digunakan untuk berpikir. Efeknya akan jauh lebih sulit memikirkan konsekuensi dan mempertimbangkan keputusan yang akan dibuat.
Bagi pecandu narkoba, banyak sekali faktor risiko yang dialami, seperti mempunyai kerentanan genetik, masalah kesehatan mental, dan kehilangan kontrol diri. Bukan tidak mungkin untuk berhenti dari kecanduan, meskipun prosesnya akan sangat menyakitkan karena zat-zat narkotik menguasai kinerja alami tubuh, tutur Lee. Namun banyak pecandu narkotik yang berhasil keluar dari kecanduan.
Mengendalikan emosi, motivasi, dan perasaan senang
Karena produksi neurotransmitter dopamin oleh otak dikuasai oleh obat-obatan, maka pengendalian emosi, motivasi, dan perasaan senang jadi bergantung pada obat-obatan narkotika tersebut. Seseorang sebagai pecandu narkoba jadi tak punya daya diri untuk pegang kendali suasana hatinya bahkan memicu lebih emosional.
Profesor Lee memberikan analogi, seperti ketika menginginkan sesuatu seperti cokelat. Setiap kali pengen, jadi terbayang-bayang sampai mencicipinya lagi. Pun begitu dengan narkotika yang mendorong keinginan sepuluh kali lebih kuat sehingga kembali menggunakan narkoba.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!