MUI Imbau Ulama dan Para Muballig Manfaatkan Sosmed sebagai Media Dakwah
Foto via MUI

Bagikan:

MAKASSAR - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Informasi dan Komunikasi, KH Masduki Baidlowi, mengimbau para ulama dan para muballig untuk menggunakan media multiplatform sebagai sarana berdakwah. Konten-konten yang banyak beredar di media sosial dan banyak keliru, harus ditenggelamkan dengan konten-konten yang bermanfaat.

“Berdakwah itu wajib. Dan menguasai alat dakwah mutakhir itu menjadi sangat penting," ujar Masduki Baidlow saat memberi sambutan secara virtual pada acara Pembukaan Workshop Literasi Media Multiplatform Berwawasan Islam Wasathiyah di Hotel Aryaduta Makassar, Rabu 1 Desember kemarin seperti dilansir dari laman resmi MUI.

Penguasaan media digital

KH Masduki menjelaskan dua alasan pentingnya menguasai media digital. Pertama, karakter medsos mempunyai titik lemah yang sangat membahayakan. Ada kecenderungan platform medsos mempertebal terjadinya bias informasi. Kedua, dalam konteks media sosial, yang kecil bisa mendadak menjadi mayoritas, sebaliknya yang besar bisa menjadi minoritas

“Dengan mesin algoritma medsos, hanya akan menampilkan kecenderungan-kecenderungan. Ini dikenal dengan eco chamber yaitu algoritma medsos hanya menampilkan informasi sesuai dengan minat kita. Makanya harus dilawan dengan konten yang bagus,” tandasnya

Ulama adalah pewaris misi kenabian yaitu dakwah. Oleh karenanya, penting bagi kita membuat konten-konten kebaikan sebagai sebuah dakwah multiplatform.

“Konten-konten harus dibikin dengan baik. Kalau tidak, akan diisi oleh konten-konten yang tidak wasathiyah,” kata Masduki.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga merasa perlu menjalankan jihad digital di media sosial, yaitu memunculkan Islam dalam media sosial sesuai dengan realitas, kata staf ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika, Prof Dr Henry Subiakto.

Potensi masalah dalam media sosial

Menurut Henry, posisi medsos menjadi penting karena di era sekarang ini, kita tidak dapat dipisahkan dari dunia media sosial. Publik lebih banyak mengakses media sosial dibanding media mainstream.

Media sosial menawarkan kecepatan yang membuat publik merasa sangat dekat. Masalahnya, ketika publik sudah sangat dekat dengan media sosial, justru di situlah bisa muncul masalah.

“Tantangan MUI adalah bagaimana Islam yang muncul di media sosial adalah Islam wasthiyah, yaitu Islam moderat yang menyampaikan informasi sesuai dengan realitas,” ujarnya.

MUI harus memiliki peran penting dalam perputaran informasi di media sosial. Konten harus diisi dengan baik dan benar. Jika tidak, maka informasi-informasi yang keliru akan mudah menyebar.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!