Layaknya Orang Dewasa, Anak-Anak pun Berpotensi Mengalami Stres, Berikut Gejala yang Menandainya
Ilustrasi gejala anak mengalami stres (Pixabay)

Bagikan:

MAKASSAR - Jika anak terlalu dibebankan tuntutan yang terlalu besar, tentu bisa menimbulkan reaksi fisik maupun emosional, yang disebut dengan kondisi stres. Selama pandemi dan penyesuaian terhadap kebiasaan baru memang dapat jadi beban bagi anak-anak. Namun, hal tersebut bisa ditangani.

Apabila orang dewasa mengenal tanda-tanda stress, mungkin dapat mengatasinya dengan cara masing-masing. Berbeda dengan anak-anak yang belum memahami cara tepat untuk mengungkapkan perasaan tertekan. Kondisi tersebut kerapkali tak disadari oleh anak ataupun dikenali oleh orang tua.

Dilansir Verywell Family, Kamis, 19 Agustus, stres pada anak dikenali dengan gejala-gejala seperti berikut ini.

Perubahan perilaku

Setiap anak memiliki gejala yang berbeda-beda ketika stres. Gejala pertama ini bisa dikenali oleh orang tua, yaitu perubahan perilaku. Apabila biasanya anak ceria namun secara drastis jadi pendiam dan suka menyendiri, bisa berkemungkinan karena ada perasaan tertentu yang ia simpan.

Seorang psikolog anak, menyarankan untuk mengajak anak berkomunikasi secara terbuka. Tentu dengan tanpa pretensi menilai benar dan salah. Hanya mendengarkan dan saling berbicara dengan terbuka.

Tidak hanya perilaku yang cenderung murung, anak mudah marah, berbohong, lebih manja, dan suka melawan aturan juga bisa jadi gejala.

Tidur tidak nyenyak

Beberapa anak mengalami mimpi buruk ketika sedang stres. Ini menyebabkan tidurnya tidak nyenyak. Bahkan ia ketakutan dengan suatu hal, misalnya takut gelap, sendirian, dan takut pada orang asing hingga menangis.

Kesulitan berkonsentrasi

Seperti halnya orang dewasa ketika mengalami stres, anak-anak juga mengalami kesulitan fokus dan berkonsentrasi pada satu hal. Seperti ketika saatnya belajar secara daring, tetapi ia lebih memilih melakukan hal lain seperti bermain gawai pintar.

Pada mulanya cara belajar daring memang perlu dibiasakan. Tetapi cobalah untuk menggali perasaan anak ketika mengalami kesulitan berkonsentrasi. Ajaklah untuk mengekspresikan kelelahannya dengan aktivitas-aktivitas positif yang membuat hatinya senang.

Perubahan fisik

Stres tidak hanya memengaruhi psikologis anak, tetapi juga perubahan fisik. Seperti mengompol, nafsu makan menurun drastis ataupun sebaliknya, memainkan rambut, dan mengisap jempol.

Ada pula anak-anak yang mengalami sakit ketika stres. Seperti sakit perut, sakit kepala, tubuh tidak nyaman. Apabila menemukan gejala-gejala perubahan terkait dengan perilaku maupun perubahan fisik, orang tua perlu mengenalinya.

Membuat anak merasa nyaman dan tidak memarahinya merupakan satu langkah penting yang perlu dilakukan.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!