Makassar—Bagi Anda yang mau mencoba hobi baru seperti bercocok tanam tapi khawatir akan gagal, mungkin bisa mencoba teknik hidroponik yang mudah dan sederhana. Teknik ini mampu menumbuhkan tanaman tanpa harus menggunakan tanah atau pun air. Anda bisa menggunakan larutan bernutrisi seperti pasir atau perlite, bebatuan yang memiliki kadar vulkanik tinggi. Simak cara menanam tanaman hidroponik berikut ini.
Menentukan sistem hidroponik pilihan
Sesuaikan sistem tanaman hidroponik yang tepat dengan kebutuhan Anda. Apakah Anda ingin bertanam di dalam atau luar ruangan? Jenis tanaman seperti apa yang ingin Anda tanam? Yang perlu Anda tahu, sistem apa pun yang Anda gunakan sebagai bahan dasar tanaman (berbasis air atau pasir/bebatuan), Anda tetap harus menyediakan tiga elemen penting agar tanaman bisa tumbuh, yaitu kelembapan, nutrisi, dan oksigen. Pastikan juga Anda menyediakan wadah tanaman yang mendukung sistem hidroponik pilihan Anda.
BACA JUGA:
Siapkan nutrisi dan media tanam yang tepat
Anda tak perlu menggunakan fertilizer untuk menyuburkan tanaman. Anda cukup menggunakan nutrisi yang didesain khusus untuk tanaman hidroponik seperti AB Mix atau The Farmer yang bisa didapat di toko-toko swalayan atau online. Selain air, Anda juga bisa menggunakan rockwool, batu lempung kecil, atau serat kelapa. Yang pasti, jaga media tanam berbahan kelapa agar tidak terlalu basah.
Sediakan pencahayaan yang cukup
Jika Anda kesulitan mencari cahaya matahari di area penanaman hidroponik, lampu buatan juga bisa jadi alternatif. Salah satu yang jadi favorit adalah grow light yang berbentuk layaknya lampu LED. Pastikan Anda menggunakan spektrum warna biru untuk tanaman dalam fase pertumbuhan vegetatif daun dan batang, serta spektrum warna merah atau jingga untuk membantu pertumbuhan bunga dan biji. Khusus untuk tanaman yang lebih besar, gunakan CFL atau lampu pijar.
Pilih jenis tanaman yang tepat
Semua jenis tanaman (baik sayur, bunga, buah) bisa tumbuh melalui sistem hidroponik. Meski begitu, hidroponik berbasis cairan akan lebih tepat jika digunakan pada shallow roots seperti selada, bayam, atau radishes dan herbs. Sementara tanaman deep roots seperti beets, squash dan mentimun akan lebih cocok jika menggunakan sistem berbasis agregat (pasir/bebatuan).
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!