MAKASSAR - Wakil Ketua DPR, Rachmat Gobel, mengajak generasi milenial yang berkecimpung sebagai pengusaha UMKM untuk memiliki mental berperilaku tangan di atas, bukan tangan di bawah.
"Ini akan melatih kemandirian dan membentuk karakter kewirausahaan yang tangguh serta tahan banting," sebut wakil ketua DPR Koordinator Bidang Industri dan Pembangunan itu, lewat keterangan tertulis, Minggu, saat menjadi pembicara kunci pada peluncuran Muktamar Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis), dikutip dari Antara, Senin 14 Februari.
BACA JUGA:
Dalam acara yang dilakukan secara hibrid itu, hadir pula Ketua Majelis Penasihat PP Persis, Prof KH Maman Abdurrahman, dan para mantan ketua umum Hima Persis yang saat ini berada di berbagai lembaga dan profesi.
Tema muktamar nanti yaitu tentang kebangkitan ekonomi seiring optimisme dalam beradaptasi terhadap pandemi COVID-19. Pada kesempatan itu, Ketua Umum Hima Persis, Iqbal Muhammad Dzilal, pun mengajak kader-kadernya untuk terjun mendalami bisnis.
Lebih lanjut, Gobel menjelaskan generasi muda milenial adalah cahaya bagi negeri dan bagi masa depan bangsa untuk bangkit dari keterpurukan karena pandemi.
"Negeri ini sangat membutuhkan kontribusi kaum milenial, apalagi saat ini Indonesia dalam kondisi bonus demografi. Jadi, kaum muda memang kekuatan nyata dan dominan Indonesia saat ini,” kata dia.
Banyak sektor yang dapat dimasuki
Mantan wakil ketua umum Kadin Indonesia itu mengungkapkan, banyak sektor yang dapat digeluti kalangan milenial dalam dunia usaha, antara lain kerajinan dan furnitur, usaha herbal, pangan dan kuliner, dan fesyen termasuk batik, tenun, dan sulam.
Menurutnya, pasar herbal dunia telah mencapai Rp900 triliun, namun Indonesia baru memberi kontribusi satu persen saja. Padahal Indonesia sangat kaya tanaman herbal dan rempah-rempah, namun pasar herbal dunia saat ini dikuasai India dan China. Bahkan Korea yang sekadar mengandalkan ginseng dapat memberi kontribusi lumayan besar.
"Indonesia memiliki banyak tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan lain-lain,” ujar dia.
Demikian pula dengan kekayaan fesyen Indonesia. “Indonesia memiliki batik, tenun, sulam, yang masing-masing daerah memiliki ragam tersendiri. Ini kekayaan yang tak dipunyai semua bangsa,” katanya. Pasar pangan halal dunia, katanya, juga sangat besar, sekitar tujuh triliun dolar AS.