Peneliti Sebut Energi Surya Terus Meningkat dan Jadi Raja Baru Energi Dunia
Ilustrasi penggunaan panel surya untuk PLTS di salah satu pulau di Kabupaten Pangkep, Sulsel. ANTARA Foto/ Suriani Mappong

Bagikan:

MAKASSAR - Koordinator peneliti dari Institute for Essential Services Reform (IESR) Pamela Simamora menjelaskan, penggunaan energi baru terbarukan (EBT) terus meningkat dan tenaga surya menjadi raja baru di sektor energi dunia.

Hal itu diungkapkan Pamela pada pertemuan virtual berkala membahas Transisi Energi yang diselenggarakan atas kerja sama IESR dengan Society of Indonesian environment Journalists (SIEJ) pada Minggu 19 Agustus.

Dia mengatakan, dari sejumlah jenis EBT yang dapat dikembangkan ke depan menggantikan energi fosil, jenis energi suryalah yang paling besar potensinya dibandingkan jenis EBT lainya baik secara global maupun nasional.

Sementara dari penggunaan EBT, lanjut dia, terdapat perbandingan antara penggunaan global dan nasional sebagai berikut, bauran energi terbarukan di energi primer dunia semakin meningkat, sementara Indonesia masih tumbuh melambat.

Sedang dari komitmen, Pamela menjelaskan, dunia sudah siap mengakhiri era batubara, sementara Indonesia masih terus bergantung pada PLTU Batubara.

Dari segi investasi energi terbarukan terbesar di sektor ekonomi dunia, Indonesia masih stagnan. "Apabila dilihat dari segi ongkos investasi dan biaya listrik yang diratakan (LCOE), energi surya dan angin terus menurun, lebih murah dari energi bahan kotor," kata Pamela.

Harga energi surya di Indonesia turun drastis

Pengaruh lainnya, harga energi surya di Indonesia turun drastis, menyebabkan surya plus baterai semakin kompetitif harganya.

Sementara itu, Kasubdit Pengawasan Pengembangan Infrastruktur EBTKE, Kementerian ESDM Mustaba Ari Suryoko mewakili Direktur Aneka EBT DJEBTKE, Kementerian ESDM Chrisnawan Anditya menyebutkan, EBT tercatat sebagai penyumbang tertinggi penurunan emisi karbondioksida yakni 34,29 juta ton CO2 pada 2020 dibandingan aksi mitigasi lainnya untuk menurunkan penyebab efek rumah kaca.

Dari lima aksi mitigasi untuk menurunkan efek rumah kaca dari karbondioksida, EBT mampu melampaui mitigasi efisiensi energi yang hanya mereduksi emisi 12,97 juta ton CO2, disusul bahan bakar rendah karbon 8,39 juta ton CO2, penggunaan teknologi pembangkit bersih tercatat 5,91 juta ton CO2 dan kegiatan lain 2,79 juta ton CO2.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!