Beredar Pesan Berantai di Whatsapp, Pasien COVID-19 Diberi Resep Ampuh Bunuh Virus Ini, Benarkah?
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

MAKASSAR - Pesan berantai yang menganjurkan resep obat bagi mereka yang terpapar COVID-19 beredar di WhatsApp. Narasi dalam pesan menyebutkan, bagi mereka yang divonis COVID dengan gejala ringan tidak perlu ke rumah sakit karena penuhnya ruang perawatan.

“Kalau ada yg kena covid tidak perlu panik dan tidak harus ke RS kalau memang tidak terlalu parah sesak napas sampai perlu ICU dan ventilator, karena saat ini RS khusus covid semua penuh. Bisa diobati sendiri, obat di RS untuk pasien covid seperti ini," begitu bunyi pesan dilansir dari turnbackhoaks, Jumat, 25 Juni.

Penebar pesan juga mencantumkan berbagai resep yang perlu dikonsumsi oleh pasien COVID. Di antaranya, antibiotik
azitromycin atau zitrothromax 500 mg diminum 10 hari, antivirus fluvir 75, anti batuk dan kluarin dahak, 
fluimucil 200mg, anti radang Dexamethasone 0,5, turun panas paracetamol-sanmol, untuk jaga imun diatas 55 tahun tetap harus minum multivitamin C 1000 mg, D 5000 Iu, E 400 Iu. 

"Zinc zat (besi )dan usahakan berjemur matahari pagi hari setidaknya 15 menit. Lianghua sangat bagus untuk membantu meredakan gejala spt batuk dan sesak napas diminum 3×4 kapsul sehari. Silahkan dishare ke semua yg membutuhkan semoga dapat membantu dan cepat sembuh," tambah pesan tersebut.

Dibantah Ahli

Pada prinsipnya, pemberian obat pada orang yang sakit harus sesuai pengawasan tenaga medis. Obat harus diberikan sesuai kondisi pasien agar mengurangi risiko efek samping dari mengonsumsi obat tersebut. Dilansir dari turnbackhoaks, pesan tersebut merupakan informasi menyesatkan dan beredar pada akhir 2020 lalu.

Pesan ini sudah dibantah. Dokter spesialis paru sekaligus Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), dr Erlang Samoedro, SpP(K) dikutip dari detik mengatakan, pemberian obat, meski pada pasien tanpa gejala, tetap harus dalam pengawasan medis.

"Obat harus diberikan sesuai kondisi pasien untuk mengurangi risiko efek samping penggunaannya," jelas Erlang. 

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!