Guru Besar Unhas Sebut Pembuktian Obat Tradisional Jadi Salah Satu Tantangan
Guru Besar Universitas Hasanuddin Prof apt Subehan M Pharm.Sc PhD pada acara penerimaan gelar guru besar di Makassar. ANTARA

Bagikan:

MAKASSAR - Guru Besar Universitas Hasanuddin Prof apt Subehan M Pharm.Sc PhD menjelaskan penggunaan obat tradisional secara empiris menjadi salah satu tantangan bagi para peneliti untuk membuktikan secara ilmiah melalui proses saintifikasi.

"Penggunaan obat dari bahan alam di Indonesia didasarkan hanya pada pengalaman empiris, menjadikan obat tradisional hanya tren pada masyarakat di daerah yang sentuhan modernisasinya masih kurang," kata Prof Subehan dalam pidato ilmiah bertajuk "Obat Tradisional Indonesia: Tantangan dalam Penemuan Obat Baru dari Bahan Obat Alam" pada pengukuhan Guru Besar Unhas di Makassar, Selasa 18 Januari.

Ia optimistis dalam penemuan obat baru yang bersumber dari bahan alam di Indonesia sangat besar.

Prof Subehan mengungkapkan beberapa senyawa telah digunakan untuk pengobatan kanker yang bersumber dari bahan alam, seperti vincristine dari catharantus roseus.

Di antara obat-obatan yang digunakan untuk penyakit kanker antara tahun 1940 dan 2002 menunjukkan sekitar 69 persen bersumber dari bahan alam.

Pemanfaatan kayu secang

Salah satu uji coba yang dilakukan yaitu pemanfaatan kayu secang sebagai obat tradisional tulang yang sejak dahulu telah digunakan.

"Pengujian dilakukan terhadap ekstrak kayu secang pada aktivitas sel osteoblast sebagai sel yang bertanggung jawab dalam perlekatan calcium pada tulang dan sel osteoclast untuk pembentukan ulang tulang bone remodeling," urai Guru Besar Bidang Ilmu Fitokimia itu.

Prof Subehan menjelaskan potensi kekayaan alam Indonesia sangat besar dan sudah sejak lama dimanfaatkan untuk pengobatan secara tradisional yang terbukti secara empiris.

Ini merupakan sumber dalam penemuan obat baru untuk mengatasi berbagai permasalahan kesehatan.

Pembuktian secara ilmiah akan khasiat, keamanan dan pengembangannya masih perlu digali dan menjadi tantangan para peneliti agar mampu diterima oleh masyarakat modern dan sistem pelayanan kesehatan modern.

Ikuti info dan berita lainnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!