MAKASSAR - Politikus PDIP Arteria Dahlan, menyatakan bangga melihat Ketua DPR Puan Maharani mengenakan pakaian adat Minangkabau saat membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan ke-76 RI di Istana Negara, Selasa, 17 Agustus.
"Mbak Puan pas banget dengan busana Minang. Terlihat anggun dan semakin cantik. Dan saya pikir semua orang minang baik di ranah Minang maupun di perantauan berpendapat sama tentang hal ini. Semakin memperlihatkan bahwa garis keturunan Minangkabau sangat nyata dan kental dalam tubuh dan jiwa Mba Puan," ujar Arteria dalam keterangan yang diterima VOI, Rabu, 18 Agustus.
"Saya yakin kebanggaan yang sama juga dirasakan oleh seluruh masyarakat Sumatera Barat," sambungnya.
Puan, kata Arteria, tidak hanya ingin memperkenalkan budaya Minangkabau lewat pakaian adat atau baju adat yang berasal dari Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat. Namun, banyak makna yang bisa didapatkan melalui busana itu.
"Kalau orang Minang paham itu, itu bukan pakaian biasa dan dipakai dalam forum yang sangat sakral, sudah tepat sebagai bundo kanduangnya urang Minang. Beliau memakainya dalam situasi sakral, memperlihatkan dwi tunggal Soekarno-Hatta, kental pesan napak tilas pembacaan teks proklamasi oleh beliau Cucu biologis dan ideologis Proklamator Bung Karno sekaligus juga mewakili Bung Hatta yang berdarah Minang," jelas Arteria.
BACA JUGA:
Pesan dari Puan
Menurut Arteria, Puan juga ingin menyampaikan pesan karena pakaian tersebut sebagai simbol kebesaran, kemegahan, dan kemuliaan perempuan di Minangkabau. Sebagai bundo kanduangnya orang Minangkabau, kata dia, Ketua DPR perempuan pertama itu paham betul bahwa kehormatan dan kebesaran perempuan Minangkabau dapat diwakilkan melalui pakaian yang ia kenakan.
"Tidak hanya garis matrilineal, pakaian itu menunjukkan perempuan Minang itu egaliter, sangat bertanggung jawab dan menjadi poros keluarga serta tidak berada di bawah otokrasi suaminya. Karena kaum lelaki biasanya pergi merantau," terangnya.
Puan juga ingin menyampaikan pesan, banggalah menjadi perempuan, khususnya bagi Perempuan Minang. Di manapun berada akan berpaki Minang, perempuanlah yang memiliki harta pusaka, bapandam bapakuburan. Sehingga tidak terpengaruh dari budaya yang dibawa oleh suaminya. Karena itu ia tetap menggunakan pakaian kebesaran nagari tempat ia berasal.
Perempuan itulah, kata dia, yang akan melahirkan dan membentuk para penerus-penerus bangsa. Melanjutkan sekaligus membuat sejarah baru bagi suku maupun kaumnya.
Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!