5 Peran Orang Tua dalam Mendidik Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku Bullying
Ilustrasi peran orang tua dalam mendidik anak (Unsplash/Allen Taylor)

Bagikan:

MAKASSAR - Perundungan atau bullying sering kali memberikan efek buruk, baik bagi pelaku maupun survivor. Sejumlah studi menyatakan bahwa bullying, menciptakan mental effect yang buruk bagi keduanya.

Maka, perlu peran dari lingkungan terkecil anak dan remaja untuk memberikan pendidikan agar tak menjadi pelaku bullying.

Sebelum memaparkan peran apa saja yang bisa dilakukan orang tua dalam mendidik anaknya, VOI akan memaparkan tentang jenis-jenis bullying untuk membangun kesadaran pencegahan.

Mengenal jenis-jenis bullying

Secara umum, tiga kategori yang termasuk dalam perilaku bullying adalah sebagai berikut:

Bullying fisik

Bullying merupakan tindakan merugikan, pertama, dilakukan pelaku dengan sentuhan fisik seperti memukul, menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar barang, dan memberikan hukuman fisik.

Bullying verbal

Berbeda dengan jenis perilaku negatif sebelumnya, bullying verbal dilakukan pelaku lewat ucapan menjatuhkan yang seringkali tak disadari.

Tindakan verbal yang merugikan antara lain memaki, menghina, memfitnah, menyebarkan gosip, meneriaki, memberikan julukan, menyoraki, dan mempermalukan.

Bullying mental

Perundungan mental tidak tampak, bahkan kadang tak terucap atau tak menyentuh fisik. Tetapi dengan memandang sinis, pandangan yang mengancam, mengabaikan, memelototi, meneror lewat media sosial dan private message, mencibir, mengucilkan, mempermalukan termasuk dalam bullying mental.

Mengingat peran orang tua sangat penting bagi buah hatinya agar tidak melakukan perundungan, berikut apa saja yang bisa dilakukan orang tua.

Peran orang tua dalam mendidik anak

Mengenalkan tentang perbedaan

Setiap individu memiliki perbedaan, mulai cara bersikap, daerah asal, suku, ras, kepercayaan, dan golongan. Perbedaan ini perlu disikapi dan diajarkan pada anak sebagai warna-warni dalam kehidupan sosial.

Pun kemampuan, minat, kondisi fisik, dan latar belakang keluarga juga menjadi ragam warna yang perlu diakui secara positif. Artinya perlu mengajarkan tidak memusuhi dan mengolok atau jangan menganggap lebih rendah orang yang memiliki perbedaan.

Memberikan ajaran tentang cara berkomunikasi

Komunikasi adalah medium sosial dan membuat kita terhubung dengan dunia luar. Maka anak perlu diajarkan tentang cara berkomunikasi yang tidak mengandung intensi ‘mengecilkan’ dan memperlakukan orang lain dengan baik dengan bahasa yang santun.

Ajarkan tentang konteks perilaku benar dan salah

Dalam buku banyak sekali pengetahuan tekstual yang berkaitan dengan tindakan benar dan salah. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari anak-anak perlu panduan dari orang tuanya mengenai mana tindakan yang salah dan mana tindakan yang benar.

Misalnya, mengambil pensil yang bukan miliknya di sekolah adalah tindakan yang salah. Dalam konteks perilaku tersebut, perlu diketahui latar belakang dan alasan mengambil barang milik temannya. Serta diberikan pemahaman mengenai cara berperilaku yang benar.

Sering berdiskusi

Ketika anak mulai mengakses banyak informasi tentang dunia luar, orang tua perlu sering mengajak buah hatinya berdiskusi. Dengan bertukar pendapat dan mengidentifikasi peristiwa disekitarnya, anak akan lebih bisa menilai mana perilaku yang benar dan keliru.

Dukung untuk melawan tindakan bullying

Ketika mengalami perundungan, anak acap memendam sendiri dan tidak menceritakan pada orang terdekat. Maka, cobalah untuk membangun kedekatan emosional yang kuat sehingga anak mampu menceritakan apapun yang dialaminya, termasuk yang terlewat dari pengawasan orang tua.

Untuk melawan tindakan bullying, orang tua juga perlu mendukung anak untuk melawannya. Ini juga cara tepat untuk membangun kesadaran anak agar tidak mengabaikan perundungan disekitarnya.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!