JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 8 April 2021, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan toleransi adalah napas penting dari moderasi beragama. Narasi itu membuat Jokowi menganggap eksklusivitas atau ketertutupan jadi bagian yang paling dihindari.
Sebelumnya, pesan moderasi beragama sering kali didengungkan pemerintah. Pesan moderasi dianggap paling tepat sebagai bagian penting beragama. Semuanya supaya umat beragama dapat hidup berdampingan dengan nyaman. Tak menganggap agama selain dianutnya tak benar.
Keberagaman adalah napas bangsa Indonesia. Narasi itu tertuang dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi satu jua). Keberagaman pun jadi kunci kekuatan. Namun, belakangan tumbuh kelompok yang menganggap dirinya eksklusif.
Kondisi itu membuat agama lainnya dianggap tak benar. Pandangan lainnya mereka menganggap penganut agama lain sebagai ancaman. Pandangan ekstrem itu dianggap akan membuat keretakan keberagaman di Indonesia. Konflik antara agama punya potensi terus muncul. Pemerintah pun tak tinggal diam. Mereka mulai mengangkat pentingnya moderasi agama hadir. Suatu sikap supaya beragama tak begitu fanatik dan menghargai perbedaan.
Moderasi beragama pun didengungkan supaya masyarakat memahami bahwa ada poin penting dari keberagaman. Ada poin penting bahwa setiap agama selalu mengajarkan hal yang baik – utamanya persatuan dan kesatuan.
BACA JUGA:
Kondisi itu membuat Kementerian Agama (Kemenag) mengajak seluruh agama bersikap toleran dan tak memprovokasi ke arah konflik beragama. Pemahaman moderasi beragama juga dilakukan dengan ragam kegiatan termasuk sosialisasi.
"Dalam situasi ini kita perlu bersikap moderat, jangan bersikap ekstrem. Semua orang punya hak untuk menganggap agama saya adalah yang paling terpercaya, baik, dan benar, tapi saya juga harus mempunyai pandangan orang lain juga boleh punya pandangan yang sama tentang agamanya, bahwa agama dia yang paling baik dan benar.”
"Yang paling utama semua orang punya kerendahan hati, saling menghargai, kalau kita punya sikap ini pasti menjadi orang yang moderat. Selama menanamkan ego yang luar biasa, satu-satunya yang benar itu kelompok saya, tidak perlu dihargai, pasti moderasi beragama tidak bisa," ungkap Menteri Agama Fachrul Razi sebagaimana dikutip laman detik.com, 23 November 2020.
Urusan moderasi beragama tak melulu jadi tanggung jawab Kemenag belaka. Presiden Jokowi pun ikut turun tangan mendengungkan pesan moderasi beragama pada 8 April 2021. Jokowi menegaskan bahwa tolerasi adalah napas penting dari moderisasi beragama.

Pemerintah takkan kompromi dengan sikap intoleran. Jokowi pun mengajak rakyat Indonesia untuk menjunjung tinggi toleransi. Ia juga berjanji akan terus mengawal dan menghidupkan moderasi beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Semua itu supaya nilai-nilai keragaman yang dikandung Indonesia takkan luntur.
"Toleransi adalah bagian yang sangat penting dalam moderasi beragama. Eksklusivitas dan ketertutupan jelas tidak sesuai dengan bhinneka tunggal ika. Jelas ini merupakan kejahatan besar terhadap kemanusiaan yang mengancam kerukunan kita dalam berbangsa dan bernegara," ujar Jokowi dalam Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di Istana Negara sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara, 8 April 2021.