Indonesia Lantik Konsul Kehormatan Pertama untuk Palestina di Ramallah dalam Memori Hari Ini, 13 Maret 2016
Menlu Retno Marsudi bersama Konsul Kehormatan RI di Palestina, Maha Abu-Shusheh (pakaian merah), Menlu Palestina Dr. Riyad al-Maliki, dan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di KBRI Amman, Yordania (13/32016). (Sekretariat Kabinet)

Bagikan:

JAKARTA – Memori hari ini, delapan tahun yang lalu, 10 Maret 2016, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi tegaskan dukungan Indonesia ke Palestina tak pernah padam. Narasi itu diwujudkan dengan pelantikan Konsul Kehormatan pertama Indonesia untuk Palestina, Maha Abu-Shusheh, yang berkedudukan di Ramallah, di Amman, Yordania.

Sebelumnya, dukungan Indonesia ke Palestina telah berlangsung lama. Semuanya untuk mewujudkan narasi penjajahan di atas bumi harus dihapuskan.

Sikap anti kolonialisme dan imperialisme adalah pelajaran berharga yang didapatkan Indonesia dari penjajahan. Narasi itu karena bangsa Indonesia telah memahami bagaimana nestapa hidup sebagai bangsa terjajah.

Kehidupan bak berada pada level terendah, belum lagi bangsa Indonesia harus menempati kasta sosial berada paling hina. Bangsa Indonesia pun tak lantas melupakan penderitaan penjajahan setelah merdeka.

Seisi Indonesia pun berkumandang bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45). Keinginan itu bukan pepesan kosong belaka.

Presiden Jokowi memukul gong tanda dimulainya KTT Asia Afrika ke-60, di JCC Jakarta, 22 April 2015. (Sekretariat Kabinet) 

Dukungan kepada Palestina yang hidup bak terjajah Israel jadi contoh. Presiden Indonesia ke-1, Soekarno sampai tak mau mengakui kemerdekaan Israel yang diproklamasikan David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948.

Bung Karno berpandangan Israel tak ubahnya penjajah di era modern. Kuasa Israel mancaplok tanah bangsa Palestina –dibantu Amerika Serikat (AS) ada di baliknya. Dukungan itu terlihat jelas dalam pelaksanaan pertama kali Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat.

Dukungan kepada Palestina menggelegar. Bahkan, Israel tak diundang dalam hajatan KAA. Sikap berpihak kepada Palestina pun turut ditunjukkan oleh pemerintah Indonesia, pun pada era pemerintahan Jokowi.

Presiden Indonesia ke-7 itu ikut mengulang narasi yang sama seperti Bung Karno pernah lantunkan. Ia turut mendukung penuh Palestina pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika ke-60 di JCC Jakarta, 22 April 2015.

Bendera Palestina. (Wikimedia Commons)

“Kita dan dunia masih berutang kepada rakyat Palestina. Kita harus terus berjuang bersama mereka. Kita harus mendukung lahirnya sebuah Negara Palestina yang merdeka. Saya sampaikan tadi saatnya harus diakhiri.”

“Sebab itu, setelah ini akan ada pertemuan tindak lanjut untuk Palestina. Penjajahan di Palestina sekarang ini saatnya untuk diakhiri. Indonesia akan terus berjuang untuk keanggotaan penuh Palestina di PBB,” terang Jokowi sebagaimana dikutip laman Sekretariat Negara, 22 April 2015.

Presiden Jokowi pun terus memberikan dukungan kepada kemerdekaan Palestina. Ia berencana membuka Konsul Kehormatan Republik Indonesia untuk Palestina. Pucuk dicinta ulam tiba. Jokowi lewat Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi bergerak mewujudkan gebrakan besar itu.

Retno pun melantik Konsul Kehormatan pertama Indonesia untuk Palestina Maha Abu-Shusheh, yang berkedudukan di Ramallah, di Amman, Yordania pada 13 Maret 2016. Pelantikan itu dilakukan di KBRI Amman. Tujuannya supaya Konsul Kehormatan dapat berperan aktif untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara – Indonesia dan Palestina.

“Dukungan Indonesia kepada perjuangan rakyat Palestina tidak pernah padam dan pada hari ini kita maju satu langkah lagi dengan pelantikan Konsul Kehormatan RI di Ramallah. Saya harap Konsul Kehormatan RI di Ramallah dapat menjadi penyambung tali persaudaraan Rakyat Indonesia dan Palestina,” ujar Retno sebagaimana dikutip laman Sekretariat Kabinet, 13 Maret 2016.