Hati-hati! Masker Renggang Berpotensi Rusak Lapisan Kulit Terluar
Dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dari Universitas Indonesia, dr. Arini Astasari Widodo (Foto: Antara)

Bagikan:

Makassar--Dokter spesialis penyakit kulit dan kelamin dari Universitas Indonesia, dr. Arini Astasari Widodo, Sp.KK mengimbau kita untuk tidak memakai masker yang renggang karena berpotensi merusak lapisan kulit terluar atau skin barrier.

"Kalau pakai fabric mask jangan yang renggang seperti linen kan renggang karena kalau yang renggang lebih bertekstur, lebih tergesek-gesek kulitnya, barrier-nya akan rusak," kata dia di sela acara daring yang digelar merek kecantikan asal Prancis, dilansir Antara.

Arini yang tergabung dalam Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) itu memberi saran untuk memilih masker dengan ukuran pas, artinya tidak terlalu ketat atau longgar.

Sebelum menggunakan masker, sebaiknya bersihkan dulu wajah dan menjadi pilihan bagus bila Anda juga mengaplikasikan serum wajah untuk meningkatkan barrier kulit. Anda juga sebaiknya tak lupa mengganti masker setiap minimal empat jam sekali.

Peran microbiome bagi kulit

Menurut Arini, penggunaan masker dapat menyebabkan microbiome kulit berubah. Microbiome berperan penting dalam barrier kulit sehingga membuatnya tampak sehat dan bercahaya, mengurangi kemungkinan Anda terkena eksim, jerawat dan semua peradangan kulit.

"Biasanya dapat ventilasi udara, microbiome bercampur tentu kalau ngomong ada ludahnya, napas dan lain sehingga microbiome berubah. Kita harus kembalikan lagi," kata dia.

Saat microbiome tak seimbang, efek baru akan muncul bila terjadi kerusakan pada skin barrier yang ditandai kulit terasa seperti ketarik, dan perlahan muncul iritasi, kulit menjadi merah-merah dan gatal. Maskne atau jerawat dan iritasi akibat pemakaian masker merupakan salah satu kondisi akibat ketidakseimbangan ini.

"Orang dengan bakat seperti eksim atopik, penyakit psoriasis kalau microbiome enggak seimbang akan semakin parah atau kambuh. Penting banget sehari-hari harus merawat microbiome," kata Arini.

Demi menyeimbangkan kembali sekaligus menjaga kesehatan microbiome yang merupakan mikroorganisme ini, ada sejumlah cara yang dapat Anda lakukan, antara lain tidak menggosok-gosok kulit dengan kasar, menggunakan bahan yang mengandung alkohol dan pH tinggi dengan hati-hati, mengenakan tabir surya karena sinar ultraviolet diketahui bisa merusak microbiome serta menjaga kebersihan kulit.

"Hati-hati suka over exfoliating, terlalu banyak pakai scrub, kalau skincare yang perlu itu yang lembut, tidak merusak mikrobiota, harus pakai moisturizer karena kalau kulit lembap lebih awet mikrobiome-nya, tetap pakai sunscreen karena UV bisa merusak mikrobiota," demikian pesan Arini.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di VOI, Waktunya Merevolusi Pemberitaan!