5 Kebiasaan Orang Tua yang Bisa Mengganggu Psikologis Anak
Ilustrasi (Jonas Mohamadi/Pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagai orang tua, Anda mungkin merasa sudah melakukan hal yang benar pada anak. Tapi kadang Anda pun tidak peka, apakah hal tersebut bisa diterima oleh anak dengan baik atau malah membuat dia tertekan. 

Bisa jadi selama ini Anda tidak sadar, tapi ada beberapa kebiasaan yang mungkin menyakiti hati anak dan bikin dia terganggu secara psikologis. Dampaknya juga besar dan bisa membentuk kepribadian dia sampai dewasa nanti. Kebiasaan seperti apa aja sih? 

Mengharap segala sesuatunya sempurna 

Mungkin bisa dibilang wajar saat orang tua ingin anaknya bisa ini-itu, menjadi anak yang hebat, pintar, berprestasi, dan membanggakan. Tapi Anda juga harus ingat kalau anak Anda hanyalah manusia biasa yang tidak bisa jadi sempurna. 

Dia pasti punya kekurangan dan kelebihan. Jadi memaksa anak untuk jadi sempurna itu tidak benar. Dia bisa jadi tertekan, stres, atau bahkan selalu terobsesi sampai tidak bisa menerima kegagalan. 

Menyalahkan anak terus-menerus 

Anak pasti sering berbuat salah, tapi bukan berarti ibu harus menyalahkan dia terus menerus. Misalnya, nilai anak tidak memuaskan saat pembagian rapor. 

Anda akan menyalahkan kenapa nilainya jelek, kenapa tidak belajar dengan benar, kenapa main terus, dan sejenisnya. Padahal, Anda mungkin tidak tau kalau dia sudah berusaha tapi memang belum bisa memahami pelajarannya. 

Saat merasa terus menerus disalahkan, anak bisa jadi malah tidak percaya diri, tidak mau bicara hal serius dengan orang tuanya, menyembunyikan banyak hal karena takut dimarahi, jadi pemarah, dan ujung-ujungnya hubungan anak dan orang tua jadi lebih dingin sampai dewasa. 

Suka membandingkan dengan anak lain 

Tidak ada orang yang suka dibandingkan dengan orang lain. Mungkin Anda sering melontar kalimat macam, “Wah, teman kamu sudah jago naik sepedanya” atau “Dia aja bisa jadi juara kelas, kok nilaimu malah jelek semua?” 

Kesannya sepele ya? Entah memang hanya asal bicara atau bertujuan menyindir anak, hal ini sebaiknya berhenti dilakukan orang tua. Anak bisa tertekan dan merasa selalu kurang baik di mata orang tuanya. 

Biarkan anak orang lain lebih pintar atau lebih kuat, Anda sebaiknya fokuslah pada anak sendiri. Daripada sibuk mengagumi anak orang lain, Anda bisa bekerjasama dengan anak untuk menggali potensi dan bakatnya. 

Tidak mau mengerti perasaan anak 

Banyak orang tua yang sibuk menuntut anak harus bisa ini, harus bisa itu. Padahal Anda tidak tahu kalau anak Anda mungkin tidak suka sama apa yang dipaksakan. 

Gara-gara ingin anak jadi multitalenta, dari kecil dipaksa les musik, kelas olahraga, les matematika, les bahasa, dan berbagai kursus tambahan setiap harinya. Apakah ini semua memang sesuai keinginan anak? 

Terlalu dipaksa menuruti keinginan orang tua membuat anak kesulitan menentukan pilihan hidupnya sendiri atau malah bisa jadi pemberontak. Pada anak usia remaja, dia juga kemungkinan terjerumus pada hal-hal terlarang seperti narkoba atau alkohol. 

Tidak menghargai 

Tanpa disadari, ibu sering memarahi anak, mengomel, menyalahkan, menyudutkan, dan meremehkan anak. Lalu kapan meluangkan waktu untuk menghargai anak? Saat ini, dia mungkin belum jadi anak yang sesuai harapan. 

Tapi ingat, berikanlah penghargaan pada hal-hal kecil yang ia lakukan. Misalnya saat dia membantu membereskan mainan, rajin sekolah, mau membantu ibu di rumah, makan sampai habis, dan lain-lain.  Marah dan kecewa boleh, tapi sampaikanlah dengan baik dan mudah diterima anak sebagai masukan. Jangan lupa bilang terima kasih dan minta maaf kalau merasa terlalu keras.