Mana yang Lebih Mudah, Mengingat Nama atau Wajah? Begini Jawaban Ahli
Ilustrasi berjabat tangan (Pexels/fauxels)

Bagikan:

JAKARTA – Menghapal nama seseorang membutuhkan waktu, itu artinya lebih mudah menghapalkan wajah. Apa yang menyebabkan ingatan kita pendek dalam mengingat nama orang baru?

Menurut dua orang psikolog yang menyelidiki tentang kompleksnya mengingat nama, Lise Abrams dan Danielle Davis, mengingat nama lebih susah sebab nama bisa dimiliki setiap orang. Tidak seperti apel, ketika menyebutkan buah apel seseorang pasti akan tahu tentang makanan bernutrisi ini.

Berbeda dengan, ketika menyebutkan Budi maka sangat mungkin Anda tak tahu apa-apa tentang dia. Nama, menurut psikolog juga tidak memiliki sinonim atau tidak memiliki pengganti. Misalnya, pulpen bisa digantikan dengan satu alat untuk menulis. Tetapi, nama tidak dapat digantikan dengan kata lain.

Nama mengandung beberapa aspek, misalnya marga, nama depan, dan kadang ada tambahan lainnya. Ditambah lagi, menurut Lise dan Danielle, nama juga memiliki kombinasi huruf yang seringkali sulit diingat.

Pada dasarnya, melupakan nama seperti melupakan satu kata yang Anda tahu kata tersebut tetapi tidak mampu mengucapkannya. Akhirnya ada hal yang lebih melekat ketimbang sebuah nama, yaitu gambaran nyata misalnya wajah, profesi.

Ketika seorang teman Anda menyebutkan nama Candra tetapi yang melekat diingatan adalah Sandra yang berprofesi sebagai seorang akuntan. Hal ini disebut dengan ‘ilusi Musa’.

Ilusi Musa digambarkan ketika kita membaca. Setiap kata tidak dijelajahi maknanya satu per satu tetapi selama ia berperan tepat dalam menyampaikan informasi, maka akan diterima. Membaca akan berhenti ketika menemukan kata yang tak dikenal atau kata yang ‘asing’.  

Seperti itulah kita mengingat nama, dengan berharap sepenuhnya pada ingatan tetapi cara kerja memori untuk kata lebih cepat dua hingga tiga detik dibanding mengingat nama.

Mengapa lebih mudah mengingat wajah?

Melansir Body and Soul, Senin, 1 Maret, menurut Dervla Loughnane mengingat nama adalah kemampuan kognitif. Clea Warburton menambahkan, sebagai makhluk visual, manusia memiliki lebih banyak korteks yang bertugas mengolah informasi visual.

Melalui informasi visual, seseorang menyusun kode-kode berdasarkan informasi yang ditangkap lewat pancaindera. Dari situ, ingatan mulai terbentuk namun lagi-lagi ingatan tak jarang terlewat. Ini sama halnya ketika mengalami memory lapse.

Jika sekilas pandang, berkenalan lalu komunikasi usai maka memori tak mengakar kuat dalam mengingat nama. Agar ingatan terhadap nama lebih mengakar, saran Loughnane, Anda bisa menyusun kode dari nama. Misalnya, berkenalan dengan seseorang bernama Bagus dan membangun kode visual.