Mengenal Sejarah Menyajikan Puding Natal untuk Hidangan Pencuci Mulut saat Makan Bareng Keluarga
Ilustrasi sejarah menyajikan puding saat Natal (Freepik/pvproductions)

Bagikan:

YOGYAKARTA – Puding yang disajikan saat Natal, bukan hanya sebagai pencuci mulut atau makanan penutup. Namun ternyata, puding Natal memiliki sejarah panjang di Inggris. Makan malam saat acara hangat keluarga ini, tak lengkap tanpa hidangan manis yang disajikan bersama fla, hard sauce, rum butter, maupun wine.

Puding Natal, berasal dari abad ke-14, sebagai jenis bubur yang dikenal dengan “frumenty” yang sekarang mirip dengan puding. Melansir The Conversation, Rabu, 6 Desember, awalnya puding Natal dibuat dari gandum yang dikuliti, direbus dalam susu, diberi kayu manis dan kunyit sebagai pewarna. Hidangan ini dikaitkan dengan momen hari-hari tanpa konsumsi daging pada Prapaskah dan masa Adven sebagai hidangan biasa. Namun, banyak variasi resep yang memakai bahan-bahan tambahan. Bahkan menambahkan daging sapi, daging kambing, kismis, plum, wine, dan rempah-rempah.

Dalam sejumlah tradisi, puding Natal merupakan makanan pokok pada malam Natal. Meskipun di Yorkshire makanan ini dimakan pertama kali pada Natal pagi hari. Pada abad ke-17, terjadi perubahan resep. “Bubur” gandum dikentalkan dengan telur, remah roti, buah kering dan bir, atau ditambahkan minuman penghangat lain diproses dengan fermentasi. Hasilnya lebih mirip dengan puding manis. Orang-orang Victoria menyempurnakan proses tersebut.

sejarah menyajikan puding saat natal
Ilustrasi sejarah menyajikan puding saat Natal (Freepik/Azerbaijan_stockers)

Penting dipahami maknanya, puding Natal harus dibuat dari 13 bahan, yang mewakili Yesus dan 12 murid. Secara tradisional, bahan-bahan tersebut antara lain kismis, currants, limau, kulit lemon, kulit jeruk, tepung, campuran bumbu, telur, susu, dan brendi. Brendi secara tradisional dituangkan di atas puding dan dibakar. Brendi yang menyala-nyala ketika dibakar, melambangkan sengsara Kristus.

Di beberapa restoran atau penjual puding yang khusus disajikan untuk Natal, biasanya merebus puding dalam “kain puding”. Bahan-bahan puding dicampur dan diaduk dalam mangkuk dengan sendok kayu pada Minggu terakhir sebelum Adven. Ini melambangkan palungan dari timur ke barat, atau perjalanan yang dilakukan oleh tiga orang bijak. Secara tradisional, setiap anggota keluarga mengaduk puding tiga kali dan membuat permohonan rahasia. Pernak-pernik juga disertakan dalam puding tradisional. Pernik tersebut termasuk bentuk koin yang diyakini orang yang mendapatkannya akan mendapat rejeki tahun mendatang.

Hazel Flight, lead program nutrisi dan kesehatan di Edge Hill University, menulis bahwa puding Natal tradisional terdiri dari bahan-bahan kaya serat. Selain itu, kismis, aprikot, dan pir sebagai hiasan mengandung potasium dan zat besi yang penting. Buah-buahan kering memang mengandung banyak gula dan indeks glikemik tinggi, artinya saat memakannya perlu mempertimbangkan porsi yang aman untuk gula darah. Campuran rempah-rempah, seperti kayu manis, jahe, cengkeh, juga sumber antioksidan yang aromatik. Ini membantu pencernaan dan bersifat anti-inflamasi serta anti-bakteri.

Puding Natal meskipun tradisi Inggris, tetapi tradisi pada beberapa negara memiliki kekhasan. Seperti menyantap puding, di Australia dan Afrika Selatan. Orang Kanada menyerupai tradisi serupa, tetapi mencampurkan kentang dan wortel sebagai variasi hidangan manis. Di Amerika, puding Natal dikenal sebagai puding plum atau puding figgy.